Selasa, 06 Februari 2018

SDGs dan Sumber Air Minum

Selasa, 6 Februari 2018
Pikiran Rakyat




Air Citarum (Belum) Bisa Diminum. Salah satu judul pemberitaan pada halaman depan HU Pikiran Rakyat pada 9 Januari 2018. Tulisan tersebut terkait pernyataan Gubernur Ahmad Heryawan pada pencanangan Citarum Bestari 22 Juni 2014 lalu, bahwa pada 2018 air Citarum bisa diminum. Waktu yang dijanjikan hampir sampai, satu hal dipertanyakan : apakah benar air Citarum bisa diminum?
Menurut WHO dan Unicef, air minum adalah air yang digunakan untuk oleh manusia untuk konsumsi, persiapan makanan dan kebutuhan kebersihan dasar lainnya (Indikator Pembangunan Berkelanjutan 2016, BPS). Air yang bisa digunakan untuk minum tentu haruslah memenuhi standar air layak dan air bersih. Sebagai zat yang mutlak diperlukan setiap makhluk hidup, maka kebersihan air menjadi syarat utama bagi terjaminnya kesehatan.
Jika menilik pada apa yang disampaikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan belum lama ini, bahwa masalah Sungai Citarum merupakan masalah nasional terkait pencemaran dan kerusakan lingkungan yang tinggi. Maka kiranya harapan “air Citarum bisa diminum” belum bisa tercapai dalam waktu dekat ini. Walau pernyataan ini sempat dijawab pejabat yang berwenang di Jawa Barat, bahwa pernyataan gubernur tersebut sebatas motivasi atau ajakan bagi warga agar menjaga lingkungan, bukan pengertian secara harfiah.
Mengapa air Sungai Citarum menjadi begitu penting? Tentunya selain sebagai salah satu potensi sumber air bersih di Jawa Barat, juga sebagai penopang pembangunan berkelanjutan di Jawa Barat bahkan nasional. Sungai ini membentang sekitar 269 kilimeter melintasi 12 kabupaten/kota di Jawa Barat. Berawal dari lereng Gunung Wayang Kabupaten Bandung dan bermuara di Kabupaten Karawang. Sebagai sungai terpanjang dan terbesar di Jawa Barat tentunya menyimpan potensi yang besar.
 Data PDAM di Jawa Barat seperti dikutip Jawa Barat Dalam Angka 2017 (BPS) menyebutkan bahwa 64,82 persen sumber air PDAM adalah air sungai. Hanya 26,72 persen saja air PDAM yang berasal dari mata air. Potret ini mensyiratkan perlunya kerjasama berbagai pihak untuk menjaga kualitas air sungai. Menurunkan pencemaran dan mengatasi kerusakan menjadi prioritas, agar ketersediaan air bersih tetap terjaga.  
Kita sadari bersama bahwa ketersediaan air bersih dalam jumlah yang memadai serta kemudahan akses dapat meningkatkan kesehatan. Oleh karena itu kiranya  menjadi prioritas utama bagi pemerintah dalam hal pemerataan akses air minum yang mudah, murah, dan aman untuk dikonsumsi masyarakat. Dengan sendirinya hal ini akan meningkatkan kualitas hidup dan tingkat kesejahteraan rakyat.
Berkaitan dengan hal tersebut maka pemantauan terus dilakukan, termasuk WHO dan Unicef. Kedua lembaga telah memonitor perkembangan target MDGs mulai tahun 1990 hingga 2015 dalam Joint Monitoring Programme for Water Supply and Sanitation. Dalam laporannya target MDGs untuk mengurangi separuh proporsi penduduk tanpa akses sumber air minum yang aman telah terpenuhi pada tahun 2010.

Diperluas
Era Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) telah berakhir pada September 2015 lalu. Kemudian digantikan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Terkait air bersih ini target diperluas sebagaimana tercantum dalam goal ke-6 Sustainable Development Goals (SDGs). Goal ke-6 SDGs adalah mencapai akses air minum aman yang universal dan merata; serta mencapai akses sanitasi dan higiene yang cukup dan merata bagi semua orang serta mengakhiri defekasi terbuka, memberi perhatian khusus pada kebutuhan perempuan dan wanita serta orang-orang yang berada pada situasi rentan.  
Data Statistik Kesejahteraan Rakyat 2017 (BPS)  menyebutkan capaian persentase rumah tangga dengan sumber air minum bersih dan air layak di wilayah perkotaan dan perdesaan. Air minum bersih adalah air minum yang bersumber dari air kemasan/isi ulang, ledeng, atau mata air/sumur terlindung/sumur bor/pompa dengan jarak minimal 10 meter dari tempat pembuangan kotoran/limbah/sampah, tidak termasuk air hujan. Adapun air minum layak adalah air minum bersih, tidak termasuk air kemasan, air dari penjual keliling, air yang dijual melalui tanki, air sumur dan mata air tidak terlindung, kemudian digabungkan dengan penggunaan air mandi/cuci yang bersumber dari air terlindung (ledeng, sumur bor/pompa, sumur terlindung, mata air terlindung, dan air hujan) bila sumber air minum utama menggunakan air kemasan/isi ulang dan air tidak terlindung.
Persentase rumah tangga dengan sumber air minum bersih di Indonesia  mencapai 71,27 persen pada tahun 2017. Persentase di perkotaan lebih tinggi daripada di perdesaan, yaitu 81,71 persen di perkotaan dan 59,46 persen di perdesaan. Perlu perhatian kita bersama karena masih ada sekitar 40,54 persen rumah tangga di perdesaan dengan sumber air minum tidak dalam kategori “bersih”.
Berbeda dengan sumber air bersih, persentase rumah tangga dengan sumber air minum layak di perdesaan lebih tinggi dibandingkan perkotaan. Persentase di perdesaan mencapai 45,25 persen, adapun di perkotaan hanya sebesar 32,72 persen. Dengan demikian secara rata-rata persentase rumah tangga dengan sumber air minum utama air layak mencapai 38,60 persen. Perlu upaya keras dalam mengejar target SDGs, terutama penyediaan akses air bersih dan layak bagi masyarakat.  
Target SDGs memasuki tahun ketiga sejak ditetapkan. Peningkatan akses terhadap sumber air minum yang aman masih perlu diupayakan. Kemudahan akses dan pemerataan perlu menjadi perhatian bersama. Harapannya pada 2030 nanti akses air minum aman yang universal dan merata dapat tercapai. Kalimat iklan air minum “sekarang sumber air su dekat, beta sonde pernah terlambat lagi…..” yang pernah populer beberapa tahun belakangan, semoga bisa terealisasi sampai keseluruh pelosok negeri.
Menjaga Citarum bersih, menurunkan tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan. Perlu peduli, perlu partisipasi, dan perlu kerja sama.Mari tingkatkan kepedulian. Kerja bersama untuk kehidupan yang lebih baik. Air Citarum bisa diminum. Semoga. ***




#MenulisAsyikDanBahagia
#PerempuanBPSMenulis

#15HariBercerita
#HariKe-4

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Yuks Peduli Air Citarum .... Citarum ku yang Bersih !!

Posting Komentar

Bandung (kembali) diguyur hujan

Bandung kembali diguyur hujan, siang ini dari lantai 5 gedung kantor,...... menikmati hujan yang derasnya luar biasa... kilat, petir, gel...