SELAMA ini kita telah mengenal madu dan royal jelly sebagai produk yang dihasilkan serangga lebah. Padahal masih ada produk-produk lain yang dihasilkan lebah selain madu dan royal jelly, yang juga banyak manfaatnya bagi manusia. Salah satunya adalah propolis.
Propolis adalah sejenis resin yang karena bentuknya lengket seperti lem, disebut sebagai bee glue. propolis sebenarnya dihasilkan lebah dengan cara mengumpulkan resin-resin dari berbagai macam tumbuhan, kemudian resin ini bercampur dengan saliva dan berbagai enzim yang ada pada lebah sehingga menjadi resin yang berbeda dengan resin asalnya.
Karena sumbernya bermacam-macam, maka warna, komposisi, dan khasiat propolis bisa bervariasi. propolis bisa berwarna kuning sampai coklat tua, bahkan ada yang transparan. Komposisi kimia propolis terdiri dari flavonoid yang meliputi hampir 50 % dari komposisi propolis, asam kafeat, asam ferulat, dan mineral dalam jumlah kecil. Penggunaan propolis sebagai obat sebenarnya sudah dilakukan sejak abad ke 12. Orang-orang Yunani dan Romawi telah menggunakan propolis untuk mengobati bengkak. Orang mesir selain menggunakan propolis sebagai obat, juga memakainya sebagai perekat pada pembuatan kano. Bagi lebah sendiri propolis berfungsi melindungi seluruh sarang dan tempat lebah ratu menyimpan telurnya dari hama yang menyebabkan kebusukan telur-telurnya yaitu Bacillus larvae.
Hal inilah yang mendasari digunakannya propolis sebagai antibiotik.
Kemudian dilakukan berbagai penelitian mengenai efek antibiotik propolis
terhadap berbagai mikroba. Hasil penelitian yang dimulai Karimova sejak
tahun 1975 terhadap Bacillus de koch dan kemudian diikuti
peneliti-peneliti lain menunjukkan, propolis memiliki efek bakterisidal
terhadap Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Streptococcus,
Streptomyces, Streptomyces sobrinus, Saccharomyces cerevisiae,
Escherichia coli, Salmonella dan Shigella, Giardia lambia, Bacteroides
nodocuc, Klebsiella pneumoniae, selain itu juga efektif sebagai
fungisida pada Candida albicans, Aspergillus niger, Botrytis cinerea dan
Ascosphaera apis.
Uniknya hasil penelitian menunjukkan, propolis lebih efektif bila
diuji efeknya secara in vivo daripada in vitro. Hal ini disebabkan
karena propolis bisa berfungsi sebagai imunostimulan, yang merangsang
fungsi berbagai organ dan menginduksi system pertahanan tubuh menjadi
lebih kebal terhadap kuman penyakit.
Kelebihan propolis dibanding antibiotik lainnya adalah efek sampingnya yang kecil. Satu-satunya efek samping yang terjadi dan itu pun jarang yaitu timbulnya reaksi alergi bila digunakan secara lokal. Sedangkan bila diberikan peroral tidak ada efek samping yang terjadi. Kelebihan lain yaitu tidak menimbulkan resistensi. Antibiotik
seperti penisilin dapat menimbulkan resistensi karena bakteri bisa
memperbaharui diri menjadi lebih kebal terhadap penisilin. Tetapi
bakteri ataupun virus tidak bisa menjadi kebal terhadap propolis.
Selain itu, propolis sebagai antibiotik memiliki selektifitas yang
tinggi. Propolis hanya membunuh kuman penyebab penyakit saja sedangkan
mikroba yang berguna seperti flora usus tidak terganggu oleh propolis.
Zat aktif yang diketahui bersifat antibiotik pada propolis adalah asam
ferulat. Zat ini efektif terhadap bakteri gram positif dan negatif. Asam
ferulat juga bersifat agglutinating (berperan dalam pembekuan darah),
sehingga bisa dimanfaatkan untuk mengobati luka dan diberikan dalam
bentuk salep.
“Propolis” sebagai antikanker
Berdasarkan penelititan yang dilakukan S. Scheller, dkk yang menguji
efektifitas antikanker dari ekstrak etanol propolis (EEP) pada mencit
yang diinduksi dengan ehrlich carcinoma cells menunjukkan, mencit yang
bisa bertahan hidup lebih banyak setelah diberi EEP. Efek antikanker EEP
terhadap Ehrlich Carcinoma cells ini berkaitan dengan kandungan
flavonoid pada propolis.
Flavonoid mempengaruhi tahapan metabolisme sel kanker misalnya dengan cara menghambat penggabungan timidin, uridin, dan leucin dengan sel kanker tersebut sehingga dapat menghambat sintesis DNA sel kanker. Peranan flavonoid sebagai antikanker juga diperkuat oleh eksperimen lain yang menggunakan hidrokarbon aromatic polisiklik sebagai penginduksi kanker.
Flavonoid mempengaruhi tahapan metabolisme sel kanker misalnya dengan cara menghambat penggabungan timidin, uridin, dan leucin dengan sel kanker tersebut sehingga dapat menghambat sintesis DNA sel kanker. Peranan flavonoid sebagai antikanker juga diperkuat oleh eksperimen lain yang menggunakan hidrokarbon aromatic polisiklik sebagai penginduksi kanker.
Mekanisme penghambatan terhadap hidrokarbon aromatic polisiklik
berkaitan dengan penghambatan stimulasi metabolik yang diinduksi oleh
hidrokarbon aromatic polisiklik dan memengaruhi aktivitas beberapa sel
promoter. Flavonoid ini merupakan sua tu zat yang banyak terdapat pada
tumbuhan, tetapi dalam propolis berada dalam bentuk terkonsentrasi.
Dengan sistem metabolismenya, lebah membuat flavonoid dari tumbuhan
itu lebih efektif. Jadi lebah seolah-olah menjadi perantara flavonoid
dengan manusia dan hewan. Senyawa flavonoid yang ditemukan pada EEP
antara lain betulinol, quersetin, isovanilin, galangin, isalpinin,
kaemferol, rhamnetin, isohmnetin, pinocembrin, pinostrobin dan
pinobaksin.
Saat ini propolis tersedia dalam bentuk tablet, salep, kapsul, krim,
dll. Penggunaan propolis bisa pada orang sehat maupun sakit. Pada orang
sehat penggunaan propolis dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap
penyakit. Sedangkan pada orang yang sedang sakit penggunaannya bila
digabungkan dengan obat sintesis bisa meningkatkan efeknya misalnya bisa
meningkatkan efek penisilin. (Sumber : Jacobs Caal, Natural Product from Bee, 1991 dan sumber lain)*** Oleh: Wiwin Winingsih, SSi., Apt., Dosen Farmasi Universitas Garut. Mahasiswa Program Pascasarjana Departemen Farmasi ITB. Sumber: pikiran rakyat & http://propolisku.com
1 komentar:
Iya lebah memang sangat bermanfaat madu dan air liurnya. Sama mengkudu juga bagus yang udah dikenal di medis sebagi tanaman obat/medical plant, sekarang dikembangkan untuk terapi kanker juga bahkan stroke, autis, asam urat, dll.
Bisa di cek di sini http://tn-bb.com
Posting Komentar