Jumat, 23 Februari 2018

Ekspor, Tiongkok, dan Daya Saing



artikel yang nangkring lama di meja redaksi, dan sepertinya belum layak muat opini media 😉


Ekspor kendaraan tumbuh fantastis. Berita Resmi Statistik Ekspor Impor Jawa Barat Oktober 2017 (BPS Jawa Barat, 4 Desember 2017) menunjukkan ekspor kendaraan dan bagiannya dari Jawa Barat pada Januari-Oktober 2017 tumbuh 135,67 persen (year on year). Jauh diatas pertumbuhan ekspor non migas yang hanya mencapai 21,94 persen. Secara kumulatif Januari-Oktober 2017 ekspor kendaraan dan bagiannya mencapai 3.732,12 juta US$ (fob), periode sebelumnya hanya sebesar 1.581,91 juta US$.
Bagi Jawa Barat saat ini, sedikit saja peningkatan ekspor otomotif akan berpengaruh pada kondisi ekspor secara umum. Kenapa? Karena kontribusi ekspor otomotif dan bagiannya mencapai 15, 58 persen. Terbesar dibanding peranan komoditas utama lainnya.
Jika kita cermati, perjalanan industri otomotif nasional pada akhirnya berkumpul di kawasan seputar Kabupaten Bekasi, Karawang dan Purwakarta,  Jawa Barat. Banyak investasi besar yang ditanamkan pada beberapa pabrikan yang menempati kawasan. Tak hanya mobil dan motor, tetapi juga komponen pendukung keduanya. Keberadaannya menjadikan Jawa Barat sebagai pusat otomotif nasional.
Data BPS juga menunjukkan bahwa kinerja ekspor kendaraan dan bagiannya konsisten meningkat, selain komoditas  mesin/pesawat mekanik, kertas/karton, pakaian jadi bukan rajutan, serta alas kaki. Hal ini tentunya menjadi sinyal positif bagi pemerintah dan pelaku usaha untuk terus menggenjot pertumbuhan industri kendaraan. Apalagi industri kendaraan (alat angkutan) memiliki peranan cukup besar dalam perekonomian Jawa Barat. Pada tahun 2016 industri alat angkutan berkontribusi sebesar 8,18 persen terhadap total PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Jawa Barat.
Untuk menjaga kinerja otomotif nasional, pelabuhan internasional telah disiapkan di Kabupaten Subang.  Secara lokasi Kabupaten Subang berdekatan dengan tiga wilayah pusat otomotif nasional. Pelabuhan Patimban dipersiapkan menjadi pintu gerbang industri otomotif nasional. Lokasinya dinilai strategis karena dekat dengan pabrik perakitan. Harapannya Pelabuhan Patimban dapat meningkatkan produktivitas industri otomotif dalam negeri dan memacu pertumbuhan ekspor nasional yang lebih tinggi.
Bagaimana dengan pangsa ekspor Jawa Barat? Selama periode Januari-Oktober 2017, pangsa pasar terbesar ekspor produk non migas Jawa Barat adalah Amerika Serikat (17,92%), Jepang (9,80%) dan Thailand (7,48%). Adapun ekspor ke Tiongkok (China, peyebutannya diubah menjadi Tiongkok berdasarkan Keputusan Presiden No. 12/2014 ) hanya mencapai 5,44 persen dari total ekspor non migas. Pada Januari-Oktober 2017 total ekspor non migas ke Tiongkok mencapai 1.302,79 juta US$. Berada pada posisi keempat setelah Thailand, ekspor Jawa Barat ke Tiongkok memiliki potensi dan peluang untuk dikembangkan.
1 Desember 2017 lalu, rencananya Kementrian Keuangan Tiongkok akan memberlakukan pemangkasan tarif bea masuk utnuk 187 kategori barang impor tertutama barang konsumsi. Produk barang konsumsi yang diekspor ke Tiongkok akan mengalami pemangkasan tarif bea masuk dari rata-rata 17,3 persen menjadi 7,7 persen.  Hal ini tentunya menjadi peluang bagi pelaku usaha. Hambatan tarif akan semakin kecil. Eksportir perlu memanfaatkan peluang ini. Walau ini tidak mudah.
Hambatan tarif lebih kecil, namun masih tersisa persoalan lain. Di era perdagangan bebas saat ini, memacu pertumbuhan ekspor hanya dari peningkatan kuantitas tidaklah cukup. Perlu diimbangi dengan peningkatan kualitas. Kita sadari bersama bahwa sebagian produk dalam negeri masih kesulitan untuk bersaing dengan produk sejenis dari luar negeri. Terutama produk impor dari Tiongkok.
Jawa Barat dibanjiri produk Tiongkok. Bagaimana tidak, impor terbesar dari Tiongkok. Selama Januari-Oktober 2017 nilai impor Jawa Barat dari Tiongkok mencapai 2.517,15 juta US$. Dengan kata lain, sebesar 28,55 persen impor Jawa Barat berasal dari Tiongkok.
Neraca perdagangan non migas Jawa Barat dengan Tiongkok pada periode Januari-Oktober 2017, Jawa Barat mengalami defisit. Tidak hanya terjadi pada periode ini. Selama kurun waktu beberapa tahun ke belakang, selalu defisit. Artinya ekspor kita ke Tiongkok masih lebih rendah dibandingkan impor.
Melihat kondisi tersebut, akan kah Jawa Barat bisa berhenti mengimpor banyak barang dari Tiongkok? Apa yang perlu dilakukan untuk menurunkan defisit?
Perlu dilihat kembali barang apa saja yang selama ini banyak diimpor dari Tiongkok. Faktanya, salah satu komoditas yang banyak diimpor dari Tiongkok adalah buah-buahan! Sebagai wilayah agraris dengan basis pertanian, tentu hal ini sangat menyakitkan bagi Jawa Barat. 
Seperti lingkaran yang tak pernah putus, ketika ingin memacu ekspor (otomotif misalnya), namun di sisi lain perusahaan yang berpangsa ekspor memiliki kecenderungan menggunakan bahan baku impor.Pada kondisi ini, meningkatkan ekspor tentu akan  meningkatkan pula impor. Periode Januari-Oktober 2017, produk impor di Jawa Barat sebanyak 81,09 persen adalah bahan baku/penolong. Adanya ketergantungan impor yang tinggi menjadi salah satu permasalahan industri Jawa Barat. Kondisi inilah yang seringkali mengakibatkan usaha goyah, ekonomi terguncang. Mengurangi ketergantungan impor, harus terus diupayakan melalui penguatan ekonomi lokal. Terus mendorong industri berbasis lokal berjaya di negeri sendiri dan mampu menembus pasar luar negeri. Pekerjaan yang tidak mudah. Perlu kerjasama berbagai pihak dalam mewujudkannya. Perlu kerja keras menurunkan defisit neraca perdagangan dengan Tiongkok, walau tarif bea masuk sudah diturunkan.
Pemangkasan tarif bea masuk impor Tiongkok akankah berpengaruh pada kinerja neraca perdagangan Jawa Barat? Kiranya perlu kajian mendalam untuk menjawab pertanyaan tersebut. Namun yang pasti, karena pemangkasan tarif ini diberlakukan juga untuk semua mitra dagang Tiongkok, maka lagi-lagi disini akan muncul persaingan. Semua sudah paham jika komoditas yang berdaya saing tinggi lah yang akan mampu menembus pasar. Mari bekerja bersama meningkatkan daya saing, melalui peningkatan kualitas dan inovasi produk.***


          #PerempuanBPSMenulis
#MenulisAsyikDanBahagia
#15HariBercerita
 #HariKe-11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bandung (kembali) diguyur hujan

Bandung kembali diguyur hujan, siang ini dari lantai 5 gedung kantor,...... menikmati hujan yang derasnya luar biasa... kilat, petir, gel...