artikel yang nangkring lama di meja redaksi, dan sepertinya belum layak muat opini media 😉
Ekspor kendaraan tumbuh
fantastis. Berita Resmi Statistik Ekspor Impor Jawa Barat Oktober 2017 (BPS
Jawa Barat, 4 Desember 2017) menunjukkan ekspor kendaraan dan bagiannya dari
Jawa Barat pada Januari-Oktober 2017 tumbuh 135,67 persen (year on year). Jauh
diatas pertumbuhan ekspor non migas yang hanya mencapai 21,94 persen. Secara
kumulatif Januari-Oktober 2017 ekspor kendaraan dan bagiannya mencapai 3.732,12
juta US$ (fob), periode sebelumnya
hanya sebesar 1.581,91 juta US$.
Bagi Jawa Barat saat
ini, sedikit saja peningkatan ekspor otomotif akan berpengaruh pada kondisi
ekspor secara umum. Kenapa? Karena kontribusi ekspor otomotif dan bagiannya mencapai
15, 58 persen. Terbesar dibanding peranan komoditas utama lainnya.
Jika kita cermati, perjalanan
industri otomotif nasional pada akhirnya berkumpul di kawasan seputar Kabupaten
Bekasi, Karawang dan Purwakarta, Jawa
Barat. Banyak investasi besar yang ditanamkan pada beberapa pabrikan yang
menempati kawasan. Tak hanya mobil dan motor, tetapi juga komponen pendukung
keduanya. Keberadaannya menjadikan Jawa Barat sebagai pusat otomotif nasional.
Data BPS juga
menunjukkan bahwa kinerja ekspor kendaraan dan bagiannya konsisten meningkat,
selain komoditas mesin/pesawat mekanik, kertas/karton,
pakaian jadi bukan rajutan, serta alas kaki. Hal ini tentunya menjadi sinyal
positif bagi pemerintah dan pelaku usaha untuk terus menggenjot pertumbuhan
industri kendaraan. Apalagi industri kendaraan (alat angkutan) memiliki peranan
cukup besar dalam perekonomian Jawa Barat. Pada tahun 2016 industri alat
angkutan berkontribusi sebesar 8,18 persen terhadap total PDRB (Produk Domestik
Regional Bruto) Jawa Barat.
Untuk menjaga kinerja
otomotif nasional, pelabuhan internasional telah disiapkan di Kabupaten Subang.
Secara lokasi Kabupaten Subang
berdekatan dengan tiga wilayah pusat otomotif nasional. Pelabuhan Patimban
dipersiapkan menjadi pintu gerbang industri otomotif nasional. Lokasinya
dinilai strategis karena dekat dengan pabrik perakitan. Harapannya Pelabuhan
Patimban dapat meningkatkan produktivitas industri otomotif dalam negeri dan
memacu pertumbuhan ekspor nasional yang lebih tinggi.
Bagaimana dengan pangsa ekspor Jawa Barat?
Selama periode Januari-Oktober 2017, pangsa pasar terbesar ekspor produk non
migas Jawa Barat adalah Amerika Serikat (17,92%), Jepang (9,80%) dan Thailand
(7,48%). Adapun ekspor ke Tiongkok (China, peyebutannya diubah menjadi Tiongkok
berdasarkan Keputusan
Presiden No. 12/2014 ) hanya mencapai 5,44 persen dari total ekspor non migas. Pada
Januari-Oktober 2017 total ekspor non migas ke Tiongkok mencapai 1.302,79 juta
US$. Berada pada posisi keempat setelah Thailand, ekspor Jawa Barat ke Tiongkok
memiliki potensi dan peluang untuk dikembangkan.
1 Desember 2017 lalu, rencananya Kementrian
Keuangan Tiongkok akan memberlakukan pemangkasan tarif bea masuk utnuk 187
kategori barang impor tertutama barang konsumsi. Produk barang konsumsi yang
diekspor ke Tiongkok akan mengalami pemangkasan tarif bea masuk dari rata-rata
17,3 persen menjadi 7,7 persen. Hal ini
tentunya menjadi peluang bagi pelaku usaha. Hambatan tarif akan semakin kecil.
Eksportir perlu memanfaatkan peluang ini. Walau ini tidak mudah.
Hambatan tarif lebih kecil, namun masih tersisa
persoalan lain. Di era perdagangan bebas saat ini, memacu pertumbuhan ekspor
hanya dari peningkatan kuantitas tidaklah cukup. Perlu diimbangi dengan
peningkatan kualitas. Kita sadari bersama bahwa sebagian produk dalam negeri
masih kesulitan untuk bersaing dengan produk sejenis dari luar negeri. Terutama
produk impor dari Tiongkok.
Jawa Barat dibanjiri produk Tiongkok. Bagaimana
tidak, impor terbesar dari Tiongkok. Selama Januari-Oktober 2017 nilai impor
Jawa Barat dari Tiongkok mencapai 2.517,15 juta US$. Dengan kata lain, sebesar
28,55 persen impor Jawa Barat berasal dari Tiongkok.
Neraca perdagangan non migas Jawa Barat dengan
Tiongkok pada periode Januari-Oktober 2017, Jawa Barat mengalami defisit. Tidak
hanya terjadi pada periode ini. Selama kurun waktu beberapa tahun ke belakang,
selalu defisit. Artinya ekspor kita ke Tiongkok masih lebih rendah dibandingkan
impor.
Melihat kondisi tersebut, akan kah Jawa Barat
bisa berhenti mengimpor banyak barang dari Tiongkok? Apa yang perlu dilakukan
untuk menurunkan defisit?
Perlu dilihat kembali barang apa saja yang
selama ini banyak diimpor dari Tiongkok. Faktanya, salah satu komoditas yang
banyak diimpor dari Tiongkok adalah buah-buahan! Sebagai wilayah agraris dengan
basis pertanian, tentu hal ini sangat menyakitkan bagi Jawa Barat.
Seperti lingkaran yang tak pernah putus, ketika
ingin memacu ekspor (otomotif misalnya), namun di sisi lain perusahaan yang
berpangsa ekspor memiliki kecenderungan menggunakan bahan baku impor.Pada kondisi
ini, meningkatkan ekspor tentu akan
meningkatkan pula impor. Periode Januari-Oktober 2017, produk impor di
Jawa Barat sebanyak 81,09 persen adalah bahan baku/penolong. Adanya
ketergantungan impor yang tinggi menjadi salah satu permasalahan industri Jawa
Barat. Kondisi inilah yang seringkali mengakibatkan usaha goyah, ekonomi terguncang.
Mengurangi ketergantungan impor, harus terus diupayakan melalui penguatan
ekonomi lokal. Terus mendorong industri berbasis lokal berjaya di negeri
sendiri dan mampu menembus pasar luar negeri. Pekerjaan yang tidak mudah. Perlu
kerjasama berbagai pihak dalam mewujudkannya. Perlu kerja keras menurunkan
defisit neraca perdagangan dengan Tiongkok, walau tarif bea masuk sudah
diturunkan.
Pemangkasan tarif bea masuk impor Tiongkok
akankah berpengaruh pada kinerja neraca perdagangan Jawa Barat? Kiranya perlu
kajian mendalam untuk menjawab pertanyaan tersebut. Namun yang pasti, karena
pemangkasan tarif ini diberlakukan juga untuk semua mitra dagang Tiongkok, maka
lagi-lagi disini akan muncul persaingan. Semua sudah paham jika komoditas yang
berdaya saing tinggi lah yang akan mampu menembus pasar. Mari bekerja bersama
meningkatkan daya saing, melalui peningkatan kualitas dan inovasi produk.***
#PerempuanBPSMenulis
#MenulisAsyikDanBahagia
#15HariBercerita
#HariKe-11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar