PDRB Menurut Lapangan Usaha
Di sisi produksi, tumbuhnya ekonomi Jawa Barat pada tahun
2017 didukung
oleh tingginya pertumbuhan lapangan usaha Informasi dan
Komunikasi sebesar 11,85 persen.
Meskipun bukan salah satu kontributor utama dalam
PDRB namun
pertumbuhan lapangan usaha ini selama periode 2014 – 2017 terus melambat setiap
tahunnya, namun dengan kontribusi yang terus meningkat.
Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Menurut Lapangan Usaha,2013-2017 (%) |
Adapun tiga
lapangan usaha dengan pertumbuhan ekonomi terendah di tahun 2017 dicapai oleh
lapangan usaha Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
(0,19 %), lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian (-2,02 %), dan lapangan
usaha Pengadaan Listrik dan Gas yang pada tahun 2017 ini mengalami kontraksi
sebesar 11,42 persen. Penurunan pada lapangan usaha Pengadaan Listrik dan Gas
sebagai dampak dari terus turunnya penjualan listrik yang disalurkan kepada
pelanggan. Direktur PLN, Ahmad Rofiq menuturkan bahwa penurunan penjualan
listrik disebabkan oleh beberapa hal, pada pelanggan rumah tangga yang sensitif
dengan kenaikan harga maka masyarakat cenderung menggunakan lampu LED yang
hemat energi dan panel surya sehingga penggunakan listrik turun. Pada golongan
pelanggan bisnis penurunan terjadi akibat berkurangnya penggunaan AC karena
rendahnya rata-rata suhu harian, serta perkembangan e-commerce yang berdampak pada sepinya pusat bisnis dan
berkurangnya penggunaan listrik. Adapun pada golongan pelanggan industri, mulai
banyaknya industri yang membangkitkan sendiri listrik dalam kegiatan
produksinya, sehingga penggunaan listrik berkuran. Penyebab inilah yang
mengakibatkan pertumbuhan ekonomi lapangan usaha Pengadaan Listrik dan Gas di
Jawa Barat minus 11,42 persen di tahun 2017.
Secara umum pada tahun 2017 pertumbuhan PDRB terjadi
hampir pada seluruh lapangan usaha. Hanya dua lapangan usaha yang mengalami
penurunan yaitu lapangan usaha Pengadaan Listrik dan Gas, serta lapangan usaha Pertambangan
dan Penggalian. Adapun lapangan usaha lainnya mengalami pertumbuhan di tahun
2017, baik tumbuh lebih cepat maupun lebih lambat dibandingkan 2016.
Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi
lapangan usaha Real Estat, pada tahun 2017 lapangan
usaha Konstruksi juga mengalami
pertumbuhan positif dibandingkan
tahun sebelumnya. Pada tahun
2017 kinerja Konstruksi tumbuh mencapai 7,24 persen. Lapangan usaha Konstruksi termasuk
dalam lima besar penyumbang perekonomian Jawa Barat
dengan share terhadap PDRB
sebesar 8,26 persen.
Pertumbuhan positif pada sektor ini dipengaruhi oleh pembangunan
infrastuktur dan sarana konstruksi lainnya yang dilakukan oleh pemerintah
maupun swasta yang semakin gencar dilakukan pada tahun 2017.
Struktur Ekonomi Provinsi Jawa Barat, 2017 |
Industri Pengolahan
memegang peranan yang strategis dalam pembangunan ekonomi
di Jawa
Barat. Industri ini berperan dalam penciptaan lapangan
kerja yang cukup signifikan meskipun masih
lebih rendah dibanding penyerapan tenaga
kerja pada usaha Pertanian, Kehutanan,
dan Perikanan.
Lapangan
usaha ini juga mampu
memberikan devisa dari aktivitas ekspor melalui industri padat karya, padat
modal, hingga yang membutuhkan pengetahuan dan berbasis teknologi tinggi.
Industri Pengolahan di Jawa Barat berkontribusi
sebesar 42,29 persen terhadap PDRB Jawa Barat tahun 2017. Hampir dua kali lipat
jika dibandingkan dengan kontribusi Industri Pengolahan nasional terhadap PDB,
yang mencapai 20,16 persen terhadap PDB. Besarnya kontribusi lapangan usaha Industri
Pengolahan dalam PDRB Jawa Barat, diiringi dengan besarnya kontribusi Industri
Pengolahan Jawa Barat terhadap Industri Pengolahan nasional. Lapangan usaha
Industri Pengolahan Jawa Barat menopang sekitar 27,57 persen PDB Industri
Pengolahan atau 5,78 persen perekonomian nasional. Hal ini menunjukkan
aktivitas Industri Pengolahan di Jawa Barat masih memegang peranan penting dlam
perekonomian nasional.
Selama tahun 2017,
Industri
Pengolahan
tumbuh 5,35 persen. Industri
yang semakin berkembang yaitu Industri
Makanan
dan Minuman, Industri
Kulit,
Barang
dari Kulit
dan Alas
Kaki, Industri
Karet dan Barang dari Karet, serta Industri
Alat Angkutan yang mana pada tahun 2016 lalu
tumbuh mencapai diatas 9 persen. Kemenperin menetapkan target
pertumbuhan Industri Pengolahan tahun
2017
sebesar 5,40 persen atau satu persen di atas pertumbuhan
ekonomi. Di Jawa Barat, target ini hampir
tercapai dimana pertumbuhan ekonomi Industri Pengolahan dengan pertumbuhan
ekonomi hanya selisih 6,21 persen. Pemerintah telah berupaya memberikan
kebijakan penyediaan energi dengan harga murah dan
infrastruktur pendukung.
Dalam RPJMD
2013-2018,
Pemerintah Provinsi
Jawa Barat berencana menambah jumlah industri kecil dan
menengah sebanyak 17 ribu
unit hingga
tahun 2017, dan wirausaha baru industri kecil dan menengah bertambah sekitar 8
ribu unit. Tenaga kerja yang diserap dari
industri kecil dan menengah hingga tahun 2017 direncanakan
berkisar 2,6 juta orang.
Lapangan usaha dengan kontribusi tertinggi
kedua terhadap total PDRB tahun
2017
sebesar 15,10 persen yaitu lapangan usaha Perdagangan
Besar
dan Eceran,
Reparasi
Mobil
dan Sepeda
Motor. Pada
tahun 2017 lapangan usaha ini tumbuh 4,58
persen. Pemerintah berupaya meningkatkan perdagangan
dengan pengembangan pasar di dalam dan luar negeri. Untuk peningkatan
perdagangan dalam negeri, distribusi barang dagang, khususnya bahan
makanan, diatur agar lebih efisien.
Nilai PDRB ADHB Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor tahun 2017 mencapai Rp 269,78 triliun. Pada tahun 2017,
kontribusi lapangan usaha ini meningkat sekitar 0,02 poin dibandingkan tahun
2016, yaitu sebesar 15, 10 persen. Peningkatan nilai tambah perdagangan tidak
lepas dari regulasi dan kebijakan pemerintah dalam bidang perdagangan,
khususnya perdagangan antar wilayah (ekspor impor) serta perdagangan eceran
terkait pasar tradisional dan pasar modern.
Regulasi di bidang perdagangan disusun
untuk memberi perlindungan baik terhadap konsumen melalui standarisasi
produk maupun kepada produsen dengan peraturan perdagangan e-commerce.
Sementara itu untuk perdagangan luar negeri, kebijakan yang ditempuh
adalah pengembangan ekspor produk olahan nonmigas agar memiliki
nilai tambah yang lebih tinggi.
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan menjadi
lapangan usaha ketiga dengan kontribusi tertinggi terhadap PDRB. Kategori
ini pada
tahun 2017 tumbuh sebesar
1,88
persen,
mengalami perlambatan jika dibandingkan 2016. Naik
turunnya pertumbuhan lapangan usaha ini sangat dipengaruhi oleh faktor iklim
dan cuaca. Badai (Siklon Dahlia dan Siklon Cempaka) yang terjadi pada akhir tahun 2016 lalu
berdampak pada kerusakan dan gagal panen tanaman pangan serta menurunnya
produksi hasil tangkapan ikan laut di beberapa daerah. Alih fungsi lahan pertanian
menjadi lahan non pertanian juga menjadi
kendala utama menurunnya produksi hasil pertanian khususnya tanaman pangan,
hortikultura dan perkebunan, karena tingkat produktivitas belum optimal.
Namun demikian berbagai kebijakan terkait pertanian
telah dilakukan. Kebijakan
pada
lapangan usaha ini diarahkan untuk mengejar target kedaulatan
pangan yang dicetuskan dalam nawacita. Untuk mewujudkannya, pemerintah
berupaya untuk mendorong pengembangan pertanian yang lebih modern
dengan memanfaatkan penggunaan alat mesin pertanian canggih dalam
bercocok tanam, dan juga dengan aktivitas alih
fungsi lahan pertanian. Dalam RPJMD
2013 – 2018, Pemerintah Provinsi Jawa Barat berupaya menambah luas lahan sawah
baru hingga 30 ribu hektar pada 2017. Artinya ada sekitar 29.600 hektar lahan
sawah baru selama periode 2013 – 2017.
PDRB Menurut Pengeluaran
Dari sisi pengeluaran,
pertumbuhan ekonomi ditopang oleh pertumbuhan
komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT), Pengeluaran
Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT),
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (P-KP), Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), dan
Ekspor, sedangkan
komponen lainnya mengalami kontraksi pertumbuhan. Komponen
pembentuk PDRB dengan pertumbuhan
tertinggi tahun 2017 adalah Ekspor mencapai 11,54 persen, kemudian Pembentukan
Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar
6,28
persen, diikuti Pengeluaran
Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) sebesar
4,77 persen, dan Pengeluaran Konsumsi
Rumah Tangga (PK-RT)yang tumbuh 4,63
persen. Tingginya pertumbuhan ekspor, perlu diantisipasi juga
dikarenakan impor di Jawa Barat pertumbuhannya juga hampir mendekati
pertumbuhan ekspor, dimana dalam PDRB impor ini adalah sebagai faktor pengurang.
PDRB Menurut Pengeluaran Provinsi Jawa Barat, 2017 |
Sementara itu, konsumsi rumah tangga relatif stabil karena tingkat inflasi yang rendah dan adanya perbaikan taraf konsumsi masyarakat. Walaupun di tahun 2017 terjadi perlambatan menjadi kisaran 4,63 persen. Secara keseluruhan, pengeluaran PDRB mengalami pertumbuhan positif sejalan dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,29 di tahun 2017.
Pembentukan Modal
Tetap Domestik Bruto (PMTB) di Jawa Barat tumbuh pada kisaran 4 hingga 7 persen selama tahun 2014 - 2017. Investasi kapital yang
diindikasikan dengan PMTB merupakan salah satu faktor penentu pertumbuhan ekonomi. Kepercayaan investor
untuk menanamkan modal di Jawa Barat menjadi cermin iklim usaha yang kondusif.
Keberadaan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (Dinas PMPTSP) untuk mempercepat dan mempermudah proses perizinan
usaha dinilai menjadi salah satu poin yang akan meningkatkan jumlah investor di Jawa Barat.
Tema Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2018 adalah “Memacu Investasi dan
Infrastruktur Untuk Pertumbuhan dan Pemerataan”. Pembangunan infrastruktur
menekankan pada investasi dan percepatan pembangunan, diharapkan dapat menjadi
pendorong pertumbuhan ekonomi di tahun 2018, sekaligus mengurangi ketimpangan
yang ada baik antar individu maupun antar wilayah.
Berbagai kebijakan dan regulasi investasi sepanjang 2017 di Jawa barat berimplikasi
pada meningkatnya pertumbuhan investasi. Nilai PMTB yang tercatat dalam PDRB mencakup
investasi yang dilakukan oleh seluruh institusi, baik pemerintah, badan usaha,
maupun rumah tangga. Nilai PMTB atas dasar harga berlaku tahun 2017 mencapai Rp
449 triliun, meningkat dari tahun 2016 yang mencapai Rp 376 triliun. Tahun
2017, pertumbuhan ekonomi komponen PMTB mencapai 6,28 persen, terjadi
akselerasi jika dibandingkan pertumbuhan tahun 2016 yang mencapai 4,56 persen.
Adapun ekspor barang
dan jasa pada tahun 2017 mengalami pertumbuhan sebesar 11,54 persen. Pertumbuhan ekspor Jawa Barat ditopang oleh ekspor barang dan jasa hasil dari industri.
Jika
ditinjau berdasarkan kontribusi terhadap pembentukan PDRB dari
sisi pengeluaran, konsumsi
rumah tangga merupakan komponen utama pembentuk PDRB dengan kontribusi lebih dari 60 persen
selama tahun 2014-2017. PDRB tahun 2017 ditopang oleh konsumsi rumah tangga dengan kontribusi
sebesar 65,75 persen, pembentukan modal tetap domestik bruto 25,16 persen, ekspor
39,90 persen,
pengeluaran konsumsi pemerintah 6,07
persen, dan
pengeluaran konsumsi LNPRT 0,59 persen.
Pertumbuhan
konsumsi rumah tangga telah meningkat setiap tahun selama 2014-2017 meski pada
tahun 2017 mengalami perlambatan. Untuk memperkuat konsumsi rumah tangga,
pemerintah berkomitmen untuk melakukan penguatan kebijakan struktural
terkait pengembangan sentra produksi dan tata niaga bahan pangan pokok
guna mencegah gejolak kenaikan harga. Pemerintah juga berupaya
mendorong penguatan daya beli masyarakat yang diharapkan dapat mendorong
peningkatan daya beli masyarakat melalui kebijakan penyesuaian Pendapatan
Tidak Kena Pajak (PTKP). Selain itu peningkatan daya beli masyarakat
juga didukung oleh perluasan cakupan dan paket manfaat dari Jaminan Kesehatan
Nasional (Daerah) dan Jaminan
Ketenagakerjaan, khususnya untuk penduduk rentan dan pekerja informal.
PDRB per Kapita
Salah satu indikator kesejahteraan suatu negara yang
selalu menjadi perhatian adalah pendapatan per kapita.
Hubungan antara pertumbuhan ekonomi
dengan PDB per kapita tidak selalu sejalan, tetapi dapat pula bertolak
belakang. Selama tahun 2013-2017, PDRB per Kapita
Jawa Barat selalu meningkat.
Wilayah Pulau 2014 2015
x
PDB per kapita di Jawa Barat merangkak
naik dari Rp 27,77 juta pada 2013 menjadi Rp 37,18 juta pada tahun 2017 jika
dihitung atas dasar harga berlaku. Nilai PDRB per kapita
diperoleh dari nilai PDRB dibagi dengan jumlah penduduk. Pendapatan
perkapita cenderung selalu meningkat. Namun pendapatan per kapita
dapat bias pada suatu kelompok tertentu yang mengambil manfaat dari
pertumbuhan ekonomi. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah jika terdapat
kesenjangan yang semakin melebar saat terjadi peningkatan pendapatan,
baik kesenjangan antar wilayah, antar sektor ekonomi, maupun kesenjangan
pendapatan antar individu.
Indonesia-Investment (2017) seperti dikutip dalam
Laporan Perekonomian Indonesia 2017 (BPS, 2017) menunjukkan bahwa distribusi
pendapatan yang tidak merata/kesenjangan pendapatan terlihat
dari hampir 25 persen PDB dimiliki oleh orang-orang kaya yang jumlahnya hanya 0,02
persen dari total penduduk. Hal inimencerminkan masih timpangnya kesejahteraan
ekonomi antar penduduk di Indonesia.
Percepatan pembangunan di beberapa sektor (ritel, otomotif, dan properti),
persediaan sumber daya alam yang melimpah, jumlah penduduk yang
berkembang pesat, upah buruh dan biaya produksi yang rendah menjadi potensi yang
mendukung perekonomian Jawa Barat terus tumbuh dari tahun ke tahun jika
dikelola dengan bijaksana.
....................bersambung di lain waktu,...masih banyak yang ingin ditulis dalam judul ini
,....kekuatan investasi, ekspor, stabilnya inflasi, daya beli,.....
#PerempuanBPSMenulis
#MenulisAsyikDanBahagia
#15HariBercerita
#HariKe6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar