Walaupun hasil resmi dari KPU belum dirilis, namun
berbagai pihak sudah menyatakan adanya
gubernur “baru” di DKI Jakarta. Semoga
gubernur baru yang akan dilantik pada Oktober 2018 nanti akan semakin amanah
dan membawa Jakarta ke arah yang lebih baik. Di Jawa Barat, masa kerja Gubernur
Ahmad Heryawan akan berakhir pada tahun 2018. Ya, hanya dalam hitungan bulan
Jawa Barat pun akan melaksanakan
Pemilihan Kepala Daerah 2018, memilih gubernur yang baru. Walau masih
tahun depan, namun beberapa figur telah digadang-gadang “dicalonkan” atau
“mencalonkan” sebagai calon Gubernur Jawa Barat 2018-2022. Strategi sudah disusun, bahkan penjajakan dan
sosialisasi pun mulai dilakukan. Dari
beberapa kegiatan sosialisasi dan rencana program kerja yang disampaikan,
semuanya bermuara pada satu hal, apa yang akan dilakukan untuk membangun Jawa
Barat ke arah yang lebih baik.
Dengan jumlah penduduk mencapai 47,38 juta jiwa
(Proyeksi penduduk 2016, BPS) yang tersebar di 27 kabupaten/kota dengan
berbagai tipologi wilayah dan karakter masyarakat yang beragam, dengan
sendirinya membangun Jawa Barat tidaklah mudah. Dari total penduduk 47,38 juta jiwa, sebanyak
67,89 persen merupakan penduduk usia produktif dengan angka ketergantungan
mencapai 47,30 persen. Kemiskinan di
Jawa Barat pun masih relatif tinggi, dimana kemiskinan absolut tahun 2016
(September) sebanyak 4,17 juta jiwa dengan tingkat kemiskinan mencapai 8,77
persen terhadap total penduduk. Dari
sisi ketenagakerjaan, pada tahun 2016 (Agustus) pengangguran sebanyak 1,87 juta
jiwa dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) mencapai 8,89 persen dari total
angkatan kerja. Hal ini tentu merupakan tantangan, bagaimana menyediakan
lapangan kerja seluas-luasnya bagi seluruh lapisan masyarakat.
Program penciptaan wirausaha baru di Jawa Barat
merupakan salah satu program pemerintah untuk mengakselerasi akses lapangan
kerja bagi masyarakat. Pada Agustus 2016, total penduduk Jawa Barat yang
bekerja mencapai 19,20 juta jiwa dengan tingkat partisipasi angkatan kerja
(TPAK) mencapai 60,55 persen. Hal ini memberikan dampak bagi perekonomian Jawa
Barat. Dari seluruh aktivitas ekonomi masyarakat Jawa Barat, selama tahun 2016
mampu menciptakan pendapatan daerah (Produk Domestik Regional Bruto) mencapai Rp.
1.652 triliun, dengan laju pertumbuhan ekonomi (LPE) mencapai 5,67 persen. Hal
ini merupakan prestasi dari kinerja pembangunan ekonomi Jawa Barat, dimana pertumbuhan ekonomi Jawa
Barat 2016 meningkat signifikan jika dibandingkan
pertumbuhan ekonomi 2015 yang hanya mencapai 5,04 persen.
Selain kinerja pembangunan ekonomi, kinerja
pembangunan manusia juga senantiasa diukur tingkat keberhasilannya setiap
tahun. Apalagi, dalam RKPD Pemerintah Provinsi Jawa Barat, salah satu fokus
pembangunan di Jawa Barat adalah bagaimana membangun SDM, bagaimana membangun
kualitas hidup manusia Jawa Barat. Untuk mengukur keberhasilan dalam upaya
membangun kualitas hidup manusia, mengukur bagaimana penduduk dapat mengakses
hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan
sebagainya, serta bagaimana hasil pembangunan tersebut berdampak bagi manusia,
biasa digunakan alat ukur Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Capaian IPM Jawa Barat tahun 2016 mencapai 70,05,
meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 69,50. Peningkatan ini
berdampak pada berubahnya status pembangunan manusia di Jawa Barat, jika pada tahun
2015 status pembangunan manusia Jawa Barat adalah ‘sedang”, pada tahun 2016
telah bergeser menjadi “tinggi”. Perubahan ini ditopang oleh meningkatnya
kinerja pembangunan manusia dari dimensi pembentuk IPM. Dari dimensi kesehatan,
Angka Harapan Hidup (AHH) bayi saat
lahir tahun 2016 mencapai 72,44 tahun, yang artinya berdasarkan kondisi
ketersediaan dan kemudahan akses fasilitas kesehatan pada tahun 2016, rata-rata
bayi yang lahir akan mempunyai harapan untuk hidup sampai dengan usia 72,44
tahun. Adapun pada dimensi pendidikan, potensi SDM Jawa Barat ditunjukkan
dengan Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS). HLS
penduduk usia 7 tahun ke atas mencapai 12,30 tahun, yang berarti penduduk di
Jawa Barat yang berusia 7 tahun ke atas memiliki peluang untuk mengenyam
pendidikan hingga tamat SMA atau D1. Sementara itu RLS tahun 2016 mencapai 7,95
tahun, hal ini bermakna bahwa secara rata-rata penduduk usia 25 tahun ke atas
di Jawa Barat hanya dapat menyelesaikan pendidikannya hingga jenjang SMP kelas
VIII (kelas 2 SMP). Pada dimensi status hidup layak, terjadi peningkatan daya
beli masyarakat (pengeluaran per kapita yang disesuaikan) dari Rp. 9,78 juta
per tahun per kapita menjadi Rp. 10,04 juta per tahun per kapita. Meskipun tren kinerja pembangunan manusia
khususnya dalam dimensi pendidikan, selalu meningkat setiap tahunnya, namun masih
perlu mendapat perhatian dari seluruh stakeholders
bahwa secara umum target wajib belajar 9 tahun pendidikan di Provinsi Jawa
Barat perlu diakselerasikan lagi.
Masih banyak tugas dan target prioritas pemimpin Jawa
Barat ke depan. Semoga dalam masa kampanye Pilkada 2018 di Jawa Barat
masyarakat tidak hanya disuguhi janji-janji politis, melainkan program kerja
nyata dan target prioritas dalam membangun Jawa Barat. Membangun Jawa Barat ke
arah lebih baik idealnya selaras dengan target SDGs (Sustainable Development Goals), dimana pembangunan berkelanjutan
merupakan proses pembangunan yang memberikan porsi seimbang pada kepentingan
ekonomi, sosial, dan lingkungan. Pembangunan juga lebih memperhatikan aspek
pemerataan, termasuk masalah kesetaraan gender, dimana semua lapisan masyarakat
harapannya dapat memiliki pilihan untuk menikmati hasil pembangunan di segala
bidang***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar