Selasa, 30 Januari 2018

Membangun Jawa Barat




Pikiran Rakyat, 26 April 2017

 

Walaupun hasil resmi dari KPU belum dirilis, namun berbagai pihak sudah menyatakan  adanya gubernur “baru” di DKI Jakarta.  Semoga gubernur baru yang akan dilantik pada Oktober 2018 nanti akan semakin amanah dan membawa Jakarta ke arah yang lebih baik. Di Jawa Barat, masa kerja Gubernur Ahmad Heryawan akan berakhir pada tahun 2018. Ya, hanya dalam hitungan bulan Jawa Barat pun akan melaksanakan  Pemilihan Kepala Daerah 2018, memilih gubernur yang baru. Walau masih tahun depan, namun beberapa figur telah digadang-gadang “dicalonkan” atau “mencalonkan” sebagai calon Gubernur Jawa Barat 2018-2022.  Strategi sudah disusun, bahkan penjajakan dan sosialisasi pun  mulai dilakukan. Dari beberapa kegiatan sosialisasi dan rencana program kerja yang disampaikan, semuanya bermuara pada satu hal, apa yang akan dilakukan untuk membangun Jawa Barat ke arah yang lebih baik.
Dengan jumlah penduduk mencapai 47,38 juta jiwa (Proyeksi penduduk 2016, BPS) yang tersebar di 27 kabupaten/kota dengan berbagai tipologi wilayah dan karakter masyarakat yang beragam, dengan sendirinya membangun Jawa Barat tidaklah mudah.  Dari total penduduk 47,38 juta jiwa, sebanyak 67,89 persen merupakan penduduk usia produktif dengan angka ketergantungan mencapai 47,30 persen.  Kemiskinan di Jawa Barat pun masih relatif tinggi, dimana kemiskinan absolut tahun 2016 (September) sebanyak 4,17 juta jiwa dengan tingkat kemiskinan mencapai 8,77 persen terhadap total penduduk.  Dari sisi ketenagakerjaan, pada tahun 2016 (Agustus) pengangguran sebanyak 1,87 juta jiwa dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) mencapai 8,89 persen dari total angkatan kerja. Hal ini tentu merupakan tantangan, bagaimana menyediakan lapangan kerja seluas-luasnya bagi seluruh lapisan masyarakat.
Program penciptaan wirausaha baru di Jawa Barat merupakan salah satu program pemerintah untuk mengakselerasi akses lapangan kerja bagi masyarakat. Pada Agustus 2016, total penduduk Jawa Barat yang bekerja mencapai 19,20 juta jiwa dengan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mencapai 60,55 persen. Hal ini memberikan dampak bagi perekonomian Jawa Barat. Dari seluruh aktivitas ekonomi masyarakat Jawa Barat, selama tahun 2016 mampu menciptakan pendapatan daerah (Produk Domestik Regional Bruto) mencapai Rp. 1.652 triliun, dengan laju pertumbuhan ekonomi (LPE) mencapai 5,67 persen. Hal ini merupakan prestasi dari kinerja pembangunan ekonomi  Jawa Barat, dimana pertumbuhan ekonomi Jawa Barat  2016 meningkat signifikan jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2015 yang hanya mencapai 5,04 persen.
Selain kinerja pembangunan ekonomi, kinerja pembangunan manusia juga senantiasa diukur tingkat keberhasilannya setiap tahun. Apalagi, dalam RKPD Pemerintah Provinsi Jawa Barat, salah satu fokus pembangunan di Jawa Barat adalah bagaimana membangun SDM, bagaimana membangun kualitas hidup manusia Jawa Barat. Untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia, mengukur bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya, serta bagaimana hasil pembangunan tersebut berdampak bagi manusia, biasa digunakan alat ukur Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Capaian IPM Jawa Barat tahun 2016 mencapai 70,05, meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 69,50. Peningkatan ini berdampak pada berubahnya status pembangunan manusia di Jawa Barat, jika pada tahun 2015 status pembangunan manusia Jawa Barat adalah ‘sedang”, pada tahun 2016 telah bergeser menjadi “tinggi”. Perubahan ini ditopang oleh meningkatnya kinerja pembangunan manusia dari dimensi pembentuk IPM. Dari dimensi kesehatan,  Angka Harapan Hidup (AHH) bayi saat lahir tahun 2016 mencapai 72,44 tahun, yang artinya berdasarkan kondisi ketersediaan dan kemudahan akses fasilitas kesehatan pada tahun 2016, rata-rata bayi yang lahir akan mempunyai harapan untuk hidup sampai dengan usia 72,44 tahun. Adapun pada dimensi pendidikan, potensi SDM Jawa Barat ditunjukkan dengan Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS). HLS penduduk usia 7 tahun ke atas mencapai 12,30 tahun, yang berarti penduduk di Jawa Barat yang berusia 7 tahun ke atas memiliki peluang untuk mengenyam pendidikan hingga tamat SMA atau D1. Sementara itu RLS tahun 2016 mencapai 7,95 tahun, hal ini bermakna bahwa secara rata-rata penduduk usia 25 tahun ke atas di Jawa Barat hanya dapat menyelesaikan pendidikannya hingga jenjang SMP kelas VIII (kelas 2 SMP). Pada dimensi status hidup layak, terjadi peningkatan daya beli masyarakat (pengeluaran per kapita yang disesuaikan) dari Rp. 9,78 juta per tahun per kapita menjadi Rp. 10,04 juta per tahun per kapita.  Meskipun tren kinerja pembangunan manusia khususnya dalam dimensi pendidikan, selalu meningkat setiap tahunnya, namun masih perlu mendapat perhatian dari seluruh stakeholders bahwa secara umum target wajib belajar 9 tahun pendidikan di Provinsi Jawa Barat perlu diakselerasikan lagi.
Masih banyak tugas dan target prioritas pemimpin Jawa Barat ke depan. Semoga dalam masa kampanye Pilkada 2018 di Jawa Barat masyarakat tidak hanya disuguhi janji-janji politis, melainkan program kerja nyata dan target prioritas dalam membangun Jawa Barat. Membangun Jawa Barat ke arah lebih baik idealnya selaras dengan target SDGs (Sustainable Development Goals), dimana pembangunan berkelanjutan merupakan proses pembangunan yang memberikan porsi seimbang pada kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Pembangunan juga lebih memperhatikan aspek pemerataan, termasuk masalah kesetaraan gender, dimana semua lapisan masyarakat harapannya dapat memiliki pilihan untuk menikmati hasil pembangunan di segala bidang***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bandung (kembali) diguyur hujan

Bandung kembali diguyur hujan, siang ini dari lantai 5 gedung kantor,...... menikmati hujan yang derasnya luar biasa... kilat, petir, gel...