Selasa, 30 Januari 2018

Kemiskinan dan Pemilu



Pikiran Rakyat, 1 Februari 2017


Hanya dalam hitungan hari, sebagian masyarakat Indonesia akan menghadapi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) atau Pemilukada serentak di 7 provinsi, 18 kota, dan 76 kabupaten (kpu.go.id). Pilkada serentak yang akan dilaksanakan pada tanggal 15 Februari 2017, saat ini masuk pada tahapan Kampanye dan Debat Publik (27 Oktober 2016 – 11 Februari 2017).  Kampanye pasangan calon (paslon) merupakan salah satu tahapan penting dalam Pemilukada. Bagaimana tidak, kegiatan ini adalah  ajang untuk memberikan gambaran visi misi, serta program kerja dari masing-masing paslon sehingga menarik minat calon pemilih. Berdasarkan data Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang dikeluarkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) tercatat total calon pemilih .Pilkada serentak 15 Februari 2017 nanti sebanyak 41.200.187 orang pemilih, terdiri dari 20.696.737 laki-laki dan 20.503.450 perempuan.
Sering kita lihat bahwa dalam setiap kegiatan kampanye paslon di berbagai media, berbagai data dan indikator statistik digunakan untuk menggambarkan capaian pembangunan saat ini maupun target yang akan dicapai  masing-masing paslon jika terpilih. Salah satu data statistik yang seringkali menjadi komoditas politik dalam kampanye paslon adalah “kemiskinan”.  Berbagai strategi dan program kerja pengentasan (menurunkan)  kemiskinan ditawarkan.

Kemiskinan
Pemberantasan kemiskinan merupakan tantangan global terbesar yang dihadapi dunia saat ini. Berbagai program pemberantasan kemiskinan dirancang dan diterapkan di berbagai negara baik negara maju maupun negara berkembang. Terbentuknya Sustainable Development Goals (SDGs) sebagai pengganti Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda pembangunan Pasca MDGS yang berakhir tahun 2015. Target yang pertama dari SDGs adalah mengakhiri kemiskinan, dengan beberapa indikator pendukung antara lain menurunkan jumlah orang yang hidup kurang dari $1,25 per hari. Indikator lain yang terkait dalam mengakhiri kemiskinan antara lain melindungi orang yang miskin dan rentan dengan sistem perlindungan sosial.
Kemiskinan  merupakan masalah utama yang tidak hanya terjadi di negara Indonesia, melainkan hampir di seluruh negara di dunia. Sifatnya akan turun temurun jika upaya pengentasan kemiskinan gagal dalam pelaksanaannya. Masalah kemiskinan tidak hanya dipandang sebagai masalah ekonomi saja, dimana tidak bisa terpenuhinya kebutuhan dasar hidup, seperti pangan, sandang, papan dikarenakan kurangnya upah/pendapatan seseorang. Lebih dari itu kemiskinan juga dipandang sebagai masalah sosial politik yang sifatnya multidemensi, seperti masalah pengangguran, pendidikan, kesehatan, kebebasan berpendapat, masalah pengakuan hak dan diskriminasi.
Pada bulan September 2016, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 27,76 juta orang atau mencapai 10,70 persen dari total penduduk. Jika dibandingkan dengan kondisi  September 2015, maka jumlah penduduk miskin di Indonesia mengalami penurunan sebesar 0,75 juta orang atau turun 2,63 persen. Menurut daerah tempat tinggal, maka sebanyak 62,24 persen penduduk miskin di Indonesia September 2016 adalah penduduk yang tinggal  perdesaan, dan sebanyak 37,76 persen penduduk yang tinggal di perkotaan.
Tren jumlah penduduk miskin di Indonesia sepanjang tahun 2006 hingga 2016 secara umum menunjukkan adanya penurunan, kecuali pada bulan September 2013, dan Maret 2015.  Kenaikan bahan bakar minyak yang menyebabkan meningkatnya harga bahan kebutuhan pokok lainnya merupakan sebab utama meningkatnya jumlah penduduk miskin pada periode tersebut (BPS, 2017).
Dalam Buku Indikator Pembangunan Berkelanjutan 2015 (BPS, 2016) dijelaskan bahwa faktor utama penyebab kemiskinan meliputi antara lain kelebihan penduduk, tidak meratanya distribusi sumber daya ekonomi, ketidakmampuan untuk memenuhi biaya hidup dan standar hidup yang tinggi, pendidikan dan kesempatan kerja yang tidak memadai, dan degradasi lingkungan. Pada banyak kasus, penyebab dan dampak kemiskinan saling berinteraksi, jadi apa yang membuat penduduk miskin juga menciptakan kondisi yang membuat mereka tetap miskin.
Berbagai     program pengentasan  kemiskinan telah dilakukan oleh pemerintah di tiap era kepemimpinannya untuk menurunkan angka kemiskinan. Pelaksanaan kebijakan dan pembangunan untuk mengatasi kemiskinan yang sudah pernah dilakukan, diantaranya adalah Bantuan Langsung Tunai (BLT), Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Beras Miskin (Raskin), Bantuan Siswa Miskin (BSM), Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), dan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Program-program baru pun ditawarkan paslon dalam setiap masa kampanye nya.
Semoga ajang Pemilukada tidak hanya menawarkan slogan-slogan politik praktis yang menjual tema kemiskinan untuk mencari suara dari masyarakat miskin kebanyakan. Tetapi lebih kepada ajang evaluasi pembangunan yang sudah dilakukan, apa yang kurang dan perlu dilakukan perbaikan. Sehingga tujuan pembangunan untuk mensejahterakan masyarakat bisa terwujud, siapapun paslon yang terpilih nantinya. ***



[1] Statistisi pada BPS Provinsi Jawa Barat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bandung (kembali) diguyur hujan

Bandung kembali diguyur hujan, siang ini dari lantai 5 gedung kantor,...... menikmati hujan yang derasnya luar biasa... kilat, petir, gel...