Rabu, 09 Januari 2013

Urgensi Komunikasi dalam Mewujudkan PIA



PIA : Profesional, Integritas, Amanah

Reformasi Birokrasi (RB) pada Badan Pusat Statistik (BPS) yang semakin gencar disuarakan akhir-akhir ini menjadi tantangan tersendiri bagi seluruh insan BPS. Seluruh insan BPS “harus” memiliki kemauan untuk bekerja keras menciptakan sebuah perubahan tata kelola pemerintahan yang baik untuk terciptanya pelayanan publik yang lebih baik. Roh dari program reformasi birokrasi itu sendiri pada intinya adalah adanya perubahan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Perubahan tata kelola pemerintahan ini dapat terwujud jika seluruh Sumber Daya Manusia (SDM) BPS memiliki pola pikir, budaya kerja, dan perilaku yang profesional, berintegritas, dan amanah sesuai dengan nilai-nilai inti BPS.
Berdasarkan hal di atas, jelaslah bahwa pada intinya roh dari reformasi birokrasi itu sendiri adalah adaya perubahan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Namun dalam kenyataannya, kondisi di BPS sendiri (berdasarkan pengamatan penulis di BPS daerah) suara yang lebih kencang terdengar dari reformasi birokrasi adalah remunerasi atau adanya tunjangan kinerja. Hal ini tentu saja menjadi salah satu  permasalahan tersendiri bagi BPS, dimana terjadi disorientasi dari SDM dalam melakukan pekerjaannya. Sebagian SDM yang ada lebih memperhatikan “berapa” tunjangan yang akan diterima, bukannya “perubahan” apa yang harus dilakukan. Walaupun mungkin, dalam suatu organisasi tidak salah ketika terdapat seseorang atau sekelompok orang yang berorientasi pada reward atau penghargaan, bukan pada prestasi dan kinerja. Disorientasi ini menjadi masalah karena biasanya ketika seseorang memiliki orientasi terhadap pekerjaannya “berbeda” dengan orientasi seharusnya (yaitu kinerja yang baik) cenderung tidak akan memperhatikan kinerja dan prestasi kerjanya. Masalah lainnya muncul ketika kenyataan dari reward yang diterima lebih rendah dari harapannya, yang akhirnya memunculkan kekecewaan, penurunan semangat kerja dan dengan sendirinya kinerja pun mengalami penurunan.
Selain fenomena disorientasi seperti di atas, dalam era reformasi birokrasi saat ini ternyata tantangan dan beban BPS semakin besar. Hal ini sangat dirasakan oleh BPS di daerah, dimana beban kerja dirasa semakin mengalami peningkatan. Pekerjaan datang seolah tanpa ada jeda, sehingga yang terjadi adalah penumpukan pekerjaan dalam suatu waktu, karena walaupun pekerjaan tersebut berasal dari seksi atau bidang yang berbeda, di lapangan yang mengerjakan adalah orang yang sama. Apalagi jika pekerjaan (jenis survei) dari seksi atau bidang yang berbeda tersebut ternyata isi (materi) pertanyaannya (kuesioner) sama atau sejenis, hal ini mengindikasikan tidak adanya koordinasi dan komunikasi diantara BPS sendiri. Bagi SDM di daerah sendiri hal ini kadangkala memunculkan perasaan lelah, bosan, malu (karena harus bolak balik ke perusahaan), bahkan yang lebih parah adalah adanya kemungkinan  terjadinya degradasi moral dari SDM seperti tidak mematuhi SOP (standar opersional prosedur) survei yang bersangkutan, tidak mendatangi responden, dan perilaku negatif lainnya yang tidak selayaknya dilakukan.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas ada satu hal yang penulis rasakan bisa menjadi jembatan atau sarana dalam mengatasi berbagai fenomena disorientasi dan degradasi moral dari SDM adalah adanya komunikasi yang intensif dan efektif dalam organisasi BPS, yaitu di antara SDM yang ada di BPS, baik level pimpinan, pejabat struktural, staf, maupun KSK (koordinator statistik kecamatan). Adanya komunikasi maka setiap permasalahan dapat segera dicari solusi pemecahan masalah, setiap hal yang berkaitan dengan tujuan BPS, perubahan apa yang harus dilakukan dalam era reformasi birokrasi ini, pola pikir dan perilaku tindak bagaimana yang harus dilakukan dapat senantiasa dikomunikasikan antar anggota organisasi BPS.
Price (1997) mendefinisikan komunikasi organisasi sebagai derajat atau tingkat informasi tentang pekerjaan yang dikirimkan organisasi untuk anggota dan diantara anggota organisasi. Tujuan komunikasi dalam organisasi adalah untuk membentuk saling pengertian (mutual  understanding)  sehingga terjadi kesetaraan kerangka referensi (frame  of references)  dan kesamaan pengalaman (field  of experience) diantara anggota organisasi. Sendjaya (1994) menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah : (1) Fungsi informatif, organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi. (2) Fungsi regulatif, fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. (3) Fungsi persuasif, dimana  banyak pimpinan bisa mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. (4) Fungsi integratif, dimana setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan SDM dapat berpartisipasi dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik.
Membuka saluran komunikasi antara pimpinan (pejabat struktural) dengan bawahan (staf dan KSK) menjadi salah satu strategi efektif dalam mempercepat terjiwainya nilai-nilai inti BPS ini pada setiap insan BPS. Sarana rapat dinas atau diskusi antar SDM menjadi salah satu sarana untuk terus mengkomunikasikan setiap permasalahan yang ada, mengkomunikasikan pola pikir dan perilaku insan BPS untuk senantiasa Profesional, ber-Integritas, dan Amanah dalam melaksanakan setiap pekerjaan.  Hal ini perlu mendapat perhatian, karena selama ini rapat dinas hanyalah sebagai ajang penagihan pekerjaan, sangat jarang dijadikan ajang berbagi (sharing) informasi maupun wawasan pengetahuan ke-BPS an.
Menurut penulis, komunikasi merupakan bagian penting dalam mengatasi berbagai fenomena degradasi moral maupun disorientasi dari SDM. Mengkomunikasikan bagaimana kita seharusnya bersikap Profesional, ber-Integritas, dan senantiasa Amanah dalam setiap pekerjaan yang dilakukan. Tentu saja, disamping terus mengkomunikasikan nilai-nilai inti tersebur, perlu juga diberikan teladan,  yang menunjukkan pribadi yang sudah memiliki jiwa PIA kepada para staf dan KSK, hal ini dimulai dari level struktural (pemimpin). Memberi teladan dan contoh yang sesuai nilai PIA dalam kegiatan sehari-hari jauh lebih bernilai dibandingkan hanya mengintruksikan seluruh pegawai untuk berjiwa PIA.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bandung (kembali) diguyur hujan

Bandung kembali diguyur hujan, siang ini dari lantai 5 gedung kantor,...... menikmati hujan yang derasnya luar biasa... kilat, petir, gel...