PIA : Profesional, Integritas, Amanah
Reformasi Birokrasi (RB) pada
Badan Pusat Statistik (BPS) yang semakin gencar disuarakan akhir-akhir ini menjadi tantangan tersendiri bagi
seluruh insan BPS. Seluruh insan BPS “harus” memiliki kemauan untuk bekerja
keras menciptakan sebuah perubahan tata kelola pemerintahan yang baik untuk
terciptanya pelayanan publik yang lebih baik. Roh dari program reformasi
birokrasi itu sendiri pada intinya adalah adanya perubahan dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Perubahan tata kelola pemerintahan ini dapat
terwujud jika seluruh Sumber Daya Manusia (SDM) BPS memiliki pola pikir, budaya
kerja, dan perilaku yang profesional, berintegritas, dan amanah sesuai dengan
nilai-nilai inti BPS.
Berdasarkan hal di atas,
jelaslah bahwa pada intinya roh dari reformasi birokrasi itu sendiri adalah
adaya perubahan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Namun dalam kenyataannya,
kondisi di BPS sendiri (berdasarkan pengamatan penulis di BPS daerah) suara
yang lebih kencang terdengar dari reformasi birokrasi adalah remunerasi atau
adanya tunjangan kinerja. Hal ini tentu saja menjadi salah satu permasalahan tersendiri bagi BPS, dimana terjadi
disorientasi dari SDM dalam melakukan
pekerjaannya. Sebagian SDM yang ada lebih memperhatikan “berapa” tunjangan yang
akan diterima, bukannya “perubahan” apa yang harus dilakukan. Walaupun mungkin,
dalam suatu organisasi tidak salah ketika terdapat seseorang atau sekelompok
orang yang berorientasi pada reward
atau penghargaan, bukan pada prestasi dan kinerja. Disorientasi ini menjadi
masalah karena biasanya ketika
seseorang memiliki orientasi terhadap pekerjaannya “berbeda” dengan orientasi
seharusnya (yaitu kinerja yang baik) cenderung tidak akan memperhatikan kinerja
dan prestasi kerjanya. Masalah lainnya muncul ketika kenyataan dari reward yang diterima lebih rendah dari
harapannya, yang akhirnya memunculkan kekecewaan, penurunan semangat kerja dan
dengan sendirinya kinerja pun mengalami penurunan.
Selain fenomena disorientasi seperti di atas, dalam era
reformasi birokrasi saat ini ternyata tantangan dan beban BPS semakin besar. Hal
ini sangat dirasakan oleh BPS di daerah, dimana beban kerja dirasa semakin mengalami peningkatan.
Pekerjaan datang seolah tanpa ada jeda, sehingga yang terjadi adalah penumpukan
pekerjaan dalam suatu waktu, karena walaupun pekerjaan tersebut berasal dari
seksi atau bidang yang berbeda, di lapangan yang mengerjakan adalah orang yang
sama. Apalagi jika pekerjaan (jenis survei) dari seksi atau bidang yang berbeda
tersebut ternyata isi (materi) pertanyaannya (kuesioner) sama atau sejenis, hal
ini mengindikasikan tidak adanya koordinasi dan komunikasi diantara BPS
sendiri. Bagi SDM di daerah sendiri hal ini kadangkala memunculkan perasaan
lelah, bosan, malu (karena harus bolak balik ke perusahaan), bahkan yang lebih
parah adalah adanya kemungkinan
terjadinya degradasi moral dari SDM seperti tidak mematuhi SOP (standar
opersional prosedur) survei yang bersangkutan, tidak mendatangi responden, dan
perilaku negatif lainnya yang tidak selayaknya dilakukan.
Berkaitan
dengan hal tersebut di atas ada satu hal yang penulis rasakan bisa menjadi
jembatan atau sarana dalam mengatasi berbagai fenomena disorientasi dan
degradasi moral dari SDM adalah adanya komunikasi yang intensif dan efektif dalam
organisasi BPS, yaitu di antara SDM yang ada di BPS, baik level pimpinan,
pejabat struktural, staf, maupun KSK (koordinator statistik kecamatan). Adanya komunikasi
maka setiap permasalahan dapat segera dicari solusi pemecahan masalah, setiap
hal yang berkaitan dengan tujuan BPS, perubahan apa yang harus dilakukan dalam
era reformasi birokrasi ini, pola pikir dan perilaku tindak bagaimana yang
harus dilakukan dapat senantiasa dikomunikasikan antar anggota organisasi BPS.
Price
(1997) mendefinisikan komunikasi organisasi sebagai derajat atau tingkat
informasi tentang pekerjaan yang dikirimkan organisasi untuk anggota dan
diantara anggota organisasi. Tujuan komunikasi dalam organisasi adalah untuk
membentuk saling pengertian (mutual understanding) sehingga terjadi kesetaraan kerangka
referensi (frame of references) dan kesamaan pengalaman (field of experience)
diantara anggota organisasi. Sendjaya (1994) menyatakan
fungsi komunikasi dalam organisasi adalah : (1) Fungsi informatif, organisasi dapat
dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi. (2) Fungsi
regulatif, fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu
organisasi. (3) Fungsi persuasif, dimana banyak pimpinan bisa mempersuasi
bawahannya daripada memberi perintah. (4) Fungsi integratif, dimana setiap
organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan SDM dapat berpartisipasi dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik.
Membuka saluran komunikasi antara
pimpinan (pejabat struktural) dengan bawahan (staf dan KSK) menjadi salah satu
strategi efektif dalam mempercepat terjiwainya nilai-nilai
inti BPS ini pada setiap insan BPS. Sarana rapat dinas atau diskusi antar SDM
menjadi salah satu sarana untuk terus mengkomunikasikan setiap permasalahan
yang ada, mengkomunikasikan pola pikir dan perilaku insan BPS untuk senantiasa
Profesional, ber-Integritas, dan Amanah dalam melaksanakan setiap
pekerjaan. Hal ini perlu mendapat
perhatian, karena selama ini rapat dinas hanyalah sebagai ajang penagihan
pekerjaan, sangat jarang dijadikan ajang berbagi (sharing) informasi maupun wawasan pengetahuan ke-BPS an.
Menurut
penulis, komunikasi merupakan bagian penting dalam mengatasi berbagai fenomena
degradasi moral maupun disorientasi dari SDM. Mengkomunikasikan bagaimana kita
seharusnya bersikap Profesional, ber-Integritas, dan senantiasa Amanah dalam
setiap pekerjaan yang dilakukan. Tentu saja, disamping terus mengkomunikasikan
nilai-nilai inti tersebur, perlu juga diberikan teladan, yang menunjukkan pribadi yang sudah memiliki
jiwa PIA kepada para staf dan KSK, hal ini dimulai dari level struktural (pemimpin).
Memberi teladan dan contoh yang sesuai nilai PIA dalam kegiatan sehari-hari
jauh lebih bernilai dibandingkan hanya mengintruksikan seluruh pegawai untuk
berjiwa PIA.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar