Kamis, 26 April 2012

Tujuh Sentra Industri Jadi Ciri Bandung 2013

Tujuh Sentra Industri Jadi Ciri Bandung 2013


BANDUNG, (PRLM).- Pemerintah Kota Bandung akan mengoptimalkan tujuh kawasan perindustrian dan perdagangan di Kota Bandung. Diharapkan tahun 2013, kawasan itu benar-benar menjadi industri kreatif yang merupakan ciri khas Kota Bandung.
Tujuh kawasan sentra industri perdagangan tersebut antara lain Sentra Industri Dan Perdagangan Rajutan Binongjati, Sentra Perdagangan Kain Cigondewah, Sentra Perdagangan Jeans Cihampelas, Sentra Industri Kaos Suci, Sentra Industri Sepatu Cibaduyut, Sentra Industri Tahu & Tempe Cibuntu dan terakhir Sentra Industri Boneka Sukamulya Sukajadi Kota Bandung.
Sekretaris Daerah Kota Bandung, DR. H. Edi Siswadi, M.Si., mengatakan, “Bisnis inti kita memang di industri kreatif dan KUKM, dari bisnis itulah yang membuat ekonomi kita tumbuh berkembang dan memberikan kontribusi terhadap lapangan pekerjaan, terhadap pendapatan perkapita dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah. Ke depan tahun 2013 kita all out KUKM dan industri kreatif menjadi ikon bisnis kita dan bagian kebijakan kita,” katanya saat memberikan arahan dalam Rapat Koordinasi dan Evaluasi Program Revitalisasi 7 Sentra Industri dan Perdagangan Kota Bandung, di Auditorium Rosada, Jl. Wastukancana No.2, Selasa (6/3/12).
Menurut Edi, semua pihak pemerintah, stakeholder, dan pengusaha harus dimulai dari sekarang bergerak merumuskan, berpikiran sama bahwa rakyat Bandung bisa sejahtera ketika core bisnisnya ada kekuatan pendorong yang luar bisa. "Jangan sampai telat berpikir, telat merencanakan apalagi telat mengalokasikan dana, bisa-bisa mereka bangkrut, karena itu kita harus berpikir cepat, bertindak tepat, mengidentifikasi masalah dari hulu sampai hilir,” katanya. (A-113/A-88)***

Kamis, 19 April 2012

Tertarik Menjadi STATISTISI?

Penerimaan Mahasiswa Baru Tahun Akademik 2012/2013

Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) – semula bernama Akademik Ilmu Statistik (AIS) – merupakan perguruan tinggi kedinasan yang diselenggarakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sejak tahun 1958. STIS kembali memanggil pemuda/pemudi Indonesia yang memiliki motivasi tinggi untuk dididik menjadi ahli statistik.
STIS menyelenggarakan program Diploma IV (D-IV) yang diterapkan dengan sistem paket yang dinyatakan dalam Satuan Kredit Semester (SKS) dan ditempuh selama 4 tahun. STIS memiliki 2 jurusan, yaitu Statistika dan Komputasi Statistik, di mana jurusan Statistika terbagi menjadi 2 bidang peminatan, yaitu Statistika Ekonomi dan Statistika Sosial Kependudukan. Lulusan STIS mendapat sebutan Sarjana Sains Terapan (S.S.T.).
Tahun Akademik 2012/2013, STIS menerima mahasiswa baru melalui dua jalur umum, yaitu Jalur Umum Ikatan Dinas dan Jalur Umum Tugas Belajar Instansi Non BPS.

Informasi Sekolah Tinggi Ilmu Statistik

Gedung Baru STISSekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) – semula bernama Akademi Ilmu Statistik (AIS) – merupakan perguruan tinggi kedinasan program D-IV, yang dikelola oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sejak tahun 1958. STIS mengemban visi menjadi lembaga pendidikan tinggi kedinasan yang berfungsi untuk mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang statistika dan komputasi statistik dengan mendidik kader yang memiliki kemampuan akademik/profesional. Dengan demikian lulusan STIS merupakan tenaga yang mampu merencanakan dan melaksanakan penelitian, melakukan analisis di bidang sosial-ekonomi serta merencanakan dan mengembangkan sistem informasi.
Kurikulum dibuat sesuai dengan perkembangan ilmu ekonomi, kependudukan, sosial, dan teknologi informasi. Proses dan metode pembelajaran ditekankan pada pengembangan ketrampilan di bidang statistik dan komputasi statistik. STIS mempunyai dua jurusan: Jurusan Statistika – dengan dua bidang peminatan, yaitu Ekonomi dan Sosial Kependudukan – dan Jurusan Komputasi Statistik. Jurusan Statistika menghasilkan tenaga ahli statistik ekonomi serta tenaga ahli statistik sosial-kependudukan, dan Jurusan Komputasi Statistik menghasilkan tenaga ahli komputasi dan sistem informasi.


Pendaftaran dilakukan secara online, ditutup tanggal 4 Mei 2012

informasi selengkapnya bisa lihat di link berikut ini :

INFORMASI PENERIMAAN MAHASISWA BARU STIS 2012 

atau
http://www.stis.ac.id

Rabu, 18 April 2012

Berubah, Kok Susah Ya?


Dini | Senin, 16 April 2012 | 10:58 WIB
Sungguh beda hasil yang didapat bila kita merencanakan perubahan, atau bila salah melakukan pendekatan.
KOMPAS.com - Dalam lingkungan kerja, di lingkungan keluarga atau kehidupan sehari-hari, kita kerap menuntut dan mengharapkan individu melakukan perubahan perilaku. Tidak terlihatnya perubahan, sangat potensial menjadi sumber konflik dan masalah, baik dalam organisasi maupun antar individu.
Seorang remaja berjanji dan membuat kesepakatan dengan orang tuanya, untuk segera mengabarkan keberadaannya, bila ia pulang terlambat atau terlalu larut. Remaja ini paham kekhawatiran orangtuanya, ia pun merasa tidak ingin membangkang, bahkan berjanji dalam hati untuk memperbaiki kebiasaannya. Kenyataannya, satu dua kali ia memang menjalankan kebiasaan barunya, namun sesudah itu ia kembali lagi pada kebiasaan lamanya. Orang tuanya tentu sangat kecewa.
”Ada apa dengan anakku ini? Apakah ia memang pembangkang? Diberitahu tidak bisa?" Padahal, kalau kita mencari "something wrong" pada anak ini, kita tak bisa menemukannya. Hanya saja, dia gagal berubah.

Kegagalan berubah begitu sering kita saksikan, atau bahkan kita alami sendiri. Perubahan dipandang sebagai proyek rumit, dan imajinasi mengenai perubahan dirasakan sebagai sesuatu yang besar, merusak kenyamanan dan tidak menyenangkan.  Padahal, tuntutan perubahan sebenarnya juga tidak selalu “besar-besaran”. Dari yang “tidak melaporkan”, menjadi “melaporkan”. Dari yang melanggar lampu merah menjadi berhenti saat lampu lalu lintas berubah kuning. Dari yang tidak senyum pada pelanggan, menjadi senyum dan menyapa pelanggan. Dari yang tidak menyegerakan follow up, menjadi bergegas untuk menuntaskan setiap tugas yang diterima. Kita sadar perubahan kebiasaan ditentukan adanya konsistensi dan “constant change”. Namun, banyak orang menerjemahkan kalimat “constant change” seolah-olah gubrag ke kiri gubrag ke kanan.

Perubahan konstan yang ideal adalah bila seseorang atau sebuah lembaga, terus bergerak maju, terus-menerus beradaptasi dengan perubahan lingkungan, terus menyesuaikan sistem-prosedur dan kebijakan sesuai tuntutan jaman, tetap tumbuh dan tidak jalan di tempat. Banyak orang mengerang dan mengeluh mengapa ada proyek perubahan. Padahal perubahan itu ada di dalam diri kita semua.
Manusia menikah, punya anak, pindah kerja, pindah kota, ganti HP, belajar teknologi baru, mencoba resep makanan baru dan pakai baju baru. Ini berarti bahwa kita perlu punya keyakinan bahwa kapasitas untuk berubah itu ada dalam diri kita masing-masing, dan bukan kapasitas yang istimewa.

Menghitung dan merencanakan perubahan

Banyak pimpinan perusahaan tidak segan untuk mengeluarkan banyak uang untuk membuat “Change Program”. Harapannya tentu saja segera bisa terjadi perubahan perilaku, suasana kerja dan budaya kerja, dari yang statis menjadi dinamis, dari yang lamban menjadi gesit, atau bahkan dari perusahaan lokal menjadi global.
Ketika seorang ahli ditanya mengenai persentase keberhasilan program perubahan yang "heboh" seperti ini, beliau menjawab tingkat keberhasilannya hanya 20 persen. Kita tentu jadi berpikir keras, bila 20 persen perubahan terjadi dengan upaya sebanyak ini, apakah program semacam ini “worth”? Namun, ahli tersebut menekankan juga bahwa bila program perubahan terus dikawal dan berhasil membangun suasana kondusif, perubahan bisa terjadi sampai 80 persen!
Kita lihat bahwa program perubahan memang perlu serius dan tidak bisa setengah hati. Sungguh beda hasil yang didapat bila kita merencanakan perubahan, atau bila salah melakukan pendekatan.

Bila dalam proses perubahan kita takut pada kontradiksi maka sebenarnya yang kita perlu lakukan adalah kesiapan terhadap kontradiksi. Kontradiksi antara semangat untuk berubah dan mengatasi perasaan yang menggandoli kebiasaan lama. Pimpinan tidak lagi bisa mengandalkan pendekatan yang analitis, tetapi justru perlu memikirkan secara metafora. Fokus pada future saja tidak cukup karena kita juga perlu secara jangka pendek berfokus pada suasana, langkah-langkah pendek dan kecil yang memang perlu dirancang untuk memudahkan perubahan.

Sikap dan emosi positif terhadap perubahan

Bagaikan kegembiraan memakai baju baru atau menempati rumah baru, sebetulnya hampir semua individu menyambut gembira perubahan. Demikian pula, pembaharuan atau inovasi di dalam tim dan organisasi. Kita pasti ingat antusiasme ketika pertama kalinya kita menggunakan ponsel. Kita pun pasti pernah juga mengalami ketika kita di tempat kerja tiba-tiba bisa melakukan komunikasi intranet. Perubahan memang positif, sehingga tidak ada alasan untuk melihatnya sebagai monster dan menghindarinya. Hanya saja, sikap positif dan keinginan untuk berubah saja memang tidak cukup. Proses komunikasi, kesiapan individu dan tim untuk menyerap informasi baru adalah hal yang kritikal.

Saat isu perubahan dicanangkan, sering kita lihat banyak orang membombardir individu dalam organisasi dengan presentasi-presentasi yang canggih, namun seolah tidak memikirkan daya tangkap audiens-nya. Padahal, individu tentunya lebih mudah menyerap informasi dalam bahasa yang lebih sederhana, dengan situasi yang lebih dekat dengan dirinya, sehingga ia bisa merasakannya dan kemudian membantunya melihat arah dan gambaran perubahan yang sangat jelas.
Kalau perusahaan mau berubah, akan berbentuk apa perusahaan itu? Kalau kita jelas-jelas mengatakan bahwa perusahaan yang tadinya perusahaan dagang, sekarang ingin dibentuk menjadi perusahaan yang berfokus pada “supply chain”, karyawan tentunya jadi bisa lebih punya bayangan tentang  bentuk perusahaan di masa mendatang. Bila rumah sakit yang tadinya sangat mengagung-agungkan dokter kemudian berubah berorientasi pada kebutuhan pasien, alias pelanggan, maka karyawan tentu harus sadar bahwa prosedur pemeriksaan pasien harus dibuat lebih mudah, bahkan cepat, lancar, dan terpecaya.

Hal yang perlu kita ingat adalah, perasaanlah yang menghambat perubahan, tetapi sebaliknya perasaan jugalah yang mendorong perubahan. Individu dalam organisasi tidak sulit berubah bila perasaannya tergelitik. Ini berarti informasi yang disampaikan untuk perubahan perlu sampai membentuk perasaan positif, sehingga memotivasi, membangun antusiasme, dan membuat individu lebih enteng untuk berpartisipasi dalam perubahan.

(Eileen Rachman/Sylvina Savitri, EXPERD Consultant)


Sumber: Kompas Cetak

Penduduk Hasil Sensus Penduduk 2010 Menurut Kabupaten dan Kelompok Umur

Penduduk Hasil SP2010 Menurut Kabupaten dan Kelompok Umur

Data Strategis BPS 2011


Data Strategis BPS 2011 memuat data statistik :

Angka Inflasi

Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007–Semester I-2011
Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007–Semester I-2011
Pertumbuhan PDB Menurut Penggunaan Tahun 2007–Semester I-2011
Struktur PDB Menurut Penggunaan Tahun 2007–Semester I-2011
PDB dan Produk Nasional Bruto (PNB) Per Kapita Tahun 2007–2010

Statistik Ekspor Impor Barang

Ketenagakerjaan
Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja, dan Angka Pengangguran
Lapangan Pekerjaan Utama
Status Pekerjaan Utama
Penduduk yang Bekerja dan Pengangguran Menurut Provinsi

Produksi Tanaman Pangan
Produksi Padi
Produksi Jagung
Produksi Kedelai

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur
Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang
Triwulanan (q-to-q) Tahun 2005–2011
Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang
Triwulanan (y-on-y)
Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang
Bulanan (m-to-m)

Kemiskinan
Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Indonesia 1998–2011
Perkembangan Tingkat Kemiskinan Maret 2010–Maret 2011
Perubahan Garis Kemiskinan Maret 2010–Maret 2011
Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan

Penjelasan Teknis Statistik
Inflasi
Produk Domestik Bruto (PDB)
Ekspor-Impor Barang
Ketenagakerjaan
Produksi Tanaman Pangan
Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur
Kemiskinan


Untuk data selengkapnya, silahkan di link berikut :
Data Strategis BPS 2011
atau http://www.bps.go.id

Jumat, 13 April 2012

Mimpi adalah Kunci Untuk Taklukan Dunia



Nidji Laskar Pelangi

Mimpi adalah kunci
Untuk kita menaklukkan dunia
Berlarilah tanpa lelah
Sampai engkau meraihnya
*courtesy of LirikLaguIndonesia.net
Laskar pelangi takkan terikat waktu
Bebaskan mimpimu di angkasa
Warna bintang di jiwa
Menarilah dan terus tertawa
Walau dunia tak seindah surga
Bersyukurlah pada Yang Kuasa
Cinta kita di dunia selamanya
Cinta kepada hidup
Memberikan senyuman abadi
Walau hidup kadang tak adil
Tapi cinta lengkapi kita Laskar pelangi takkan terikat waktu
Jangan berhenti mewarnai
Jutaan mimpi di bumi
Menarilah dan terus tertawa
Walau dunia tak seindah surga
Bersyukurlah pada Yang Kuasa
Cinta kita di dunia selamanya
Menarilah dan terus tertawa
Walau dunia tak seindah surga
Bersyukurlah pada Yang Kuasa
Cinta kita di dunia selamanya
Laskar pelangi takkan terikat waktu







Selasa, 10 April 2012

Sabar, Syukur, dan Istighfar

Indahnya hidup dalam naungan sunnah: Sabar, Syukur, dan Istighfar:
http://tentarakecilku.blogspot.com/2011/11/sabar-syukur-dan-istighfar.html


At Tauhid edisi VII/39
Oleh: Ammi Nur Baits
Ibnu Hibban meriwayatkan di dalam kitab “Ats-Tsiqat” kisah ini. Dia adalah imam besar, Abu Qilabah Al-Jarmy Abdullah bin Yazid dan termasuk diantara tabi’in yang meriwayatkan dari sahabat Anas bin malik. Kisah ini diriwayatkan dari seorang mujahid yang bertugas di daerah perbatasan (ribath), Abdullah bin Muhammad, beliau menuturkan:

Saya keluar untuk menjaga perbatasan di Uraisy Mesir. Ketika aku berjalan, aku melewati sebuah perkemahan dan aku mendengar seseorang berdoa,
“Ya Allah, anugerahkan aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmatMu yang telah engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orangtuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridhai. Dan masukkanlah aku dengan rahmatMu ke dalam golongan hamba-hambaMu yang shalih.” (Doa beliau ini merupakan kutipan dari firman Allah di surat An-Naml, ayat 19).
Aku melihat orang yang berdoa tersebut, ternyata ia sedang tertimpa musibah. Dia telah kehilangan kedua tangan dan kedua kakinya, matanya buta dan kurang pendengarannya. Beliau kehilangan anaknya, yang biasa  membantunya berwudhu dan memberi makan…
Lalu aku mendatanginya dan berkata kepadanya, “Wahai hamba Allah, sungguh aku telah mendengar doamu tadi, ada apa gerangan?”
Kemudian orang tersebut berkata, “Wahai hamba Allah. Demi Allah, seandainya Allah mengirim gunung-gunung dan membinasakanku dan laut-laut menenggelamkanku, tidak ada yang melebihi nikmat Tuhanku daripada lisan yang berdzikir ini.” Kemudian dia berkata, “Sungguh, sudah tiga hari ini aku kehilangan anakku. Apakah engkau bersedia mencarinya untukku? (Anaknya inilah yang biasa  membantunya berwudhu dan memberi makan)
Maka aku berkata kepadanya, “Demi Allah, tidaklah ada yang lebih utama bagi seseorang yang berusaha memenuhi kebutuhan orang lain, kecuali memenuhi kebutuhanmu.” Kemudian, aku meninggalkannya untuk  mencari anaknya. Tidak jauh setelah berjalan, aku melihat tulang-tulang berserakan di antara bukit pasir. Dan ternyata anaknya telah dimangsa binatang buas. Lalu aku berhenti dan berkata dalam hati, “Bagaimana caraku kembali kepada temanku, dan apa yang akan aku katakan padanya dengan kejadian ini?  Aku mulai berpikir. Maka, aku teringat kisah Nabi Ayyub ‘alaihis salam.
Setelah aku kembali, aku memberi salam kepadanya.
Dia berkata, “Apakah engkau temanku?”
Aku katakan, “Benar.”
Dia bertanya lagi, “Apa yang selama ini dikerjakan anakku?”
Aku berkata, “Apakah engkau ingat kisah Nabi Ayyub?”
Dia menjawab, “Ya.”
Aku berkata, “Apa yang Allah perbuat dengannya?”
Dia berkata, “Allah menguji dirinya dan hartanya.”
Aku katakan, ”Bagaimana dia  menyikapinya?”
Dia berkata, “Ayyub bersabar.”
Aku katakan, “Apakah Allah mengujinya cukup dengan itu?”
Dia menjawab, “Bahkan kerabat yang dekat dan yang jauh menolak dan meninggalkannya.”
Lalu aku berkata, “Bagaimana dia menyikapinya?”
Dia berkata, “Dia tetap sabar. Wahai hamba Allah, sebenarnya apa yang engkau inginkan?”
Lalu aku berkata, “Anakmu telah meninggal, aku mendapatkannya telah dimangsa binatang buas di antara bukit  pasir.”
Dia berkata, “Segala puji bagi Allah yang tidak menciptakan dariku keturunan yang dapat menjerumuskan ke neraka.”
Lalu dia menarik nafas sekali dan ruhnya keluar.
Aku duduk dalam keadaan bingung apa yang harus kulakukan. Jika aku tinggalkan, dia akan dimangsa binatang buas. Jika aku tetap berada disampingnya, aku tidak dapat berbuat apa-apa. Ketika dalam keadaan tersebut, tiba-tiba ada segerombolan perampok mendatangiku.
Para perampok itu berkata, “Apa yang terjadi?” Maka aku ceritakan apa yang telah terjadi. Mereka berkata, “Bukakan wajahnya kepada kami!” Maka aku membuka wajahnya, lalu mereka memiringkannya dan mendekatinya seraya berkata,  “Demi Allah, ayahku sebagai tebusannya, aku menahan mataku dari yang diharamkan Allah dan demi Allah, ayahku sebagai tebusannya, tubuh orang ini menunjukkan bahwa dia adalah orang yang sabar dalam menghadapi musibah.”
Lalu kami memandikannya, mengafaninya dan menguburnya. Kemudian, aku kembali ke perbatasan. Lalu, aku tidur dan aku melihatnya dalam mimpi, beliau kondisinya sehat. Aku berkata kepadanya, “Bukankah engkau sahabatku?” Dia berkata,” Benar.” Aku berkata, “Apa yang Allah lakukan terhadapmu?” Dia berkata, “Allah telah memasukkanku ke dalam surga dan berkata kepadaku,
“Keselamatan atasmu berkat kesabaranmu.” (QS. Ar-Ra’d: 24).
“Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28).
(Dari ceramah yang ditranskrip, oleh Syaikh Abu Ishaq Al-Huwainy yang berjudul Jannatu Ridha fit Taslim Lima Qadarallah wa Qadha, hal. 2)
Kisah nabi Ayyub sudah sering kita dengar, namun mungkin muncul komentar dalam diri kita, “Itukan Nabi, wajar jika dia mampu bersabar, sehingga membuat kita tidak terlalu terkesan dengan cerita tersebut.” Tapi subhanallah.., tokoh utama kisah di atas bukan Nabi. Abu Qilabah adalah manusia biasa seperti layaknya kita. Beliau tidak mendapatkan wahyu maupun didatangi malaikat Jibril untuk bersabar. Yang ini menunjukkan sikap sabar, diiringi syukur yang luar biasa seperti kisah di atas, memungkinkan untuk ditiru setiap orang. Tidak bisa kita bayangkan, andaikan beliau diberi oleh Allah nikmat yang lebih dari itu, sehebat apa rasa syukur yang akan beliau lakukan.
Inilah sifat yang membuat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terkagum dan memuji pribadi orang mukmin. Sebagaimana disebutkan dalam hadis, dari sahabat Suhaib bin Sinan radliallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sungguh sangat mengagumkan keadaan orang yang beriman. Semua keadaannya itu baik. Dan ini hanya ada pada diri orang yang beriman. Apabila mereka mendapat kenikmatan, mereka bersyukur, dan itu (sikap) yang baik baginya. Sementara jika dia mendapatkan musibah, dia bersabar, dan itu (sikap) baik baginya.” (HR. Muslim).
Kunci Kebahagiaan Ada Tiga
Dalam bukunya yang sangat masyhur yang berjudul “qawaidul arba” (4 kaidah penting dalam memahami kesyirikan), Imam Muhammad bin Sulaiman at-Tamimi mengatakan:
“Semoga Allah menjadikan anda termasuk diantara orang yang apabila dia diberi dia bersyukur, apabila diuji, dia bersabar, dan apabila melakukan dosa, dia beristighfar. Karena tiga hal ini merupakan tanda kebahagiaan.” (Qowaidul Arba’)
Bersyukur ketika mendapat nikmat
Dengan sikap ini, orang akan tetap mendapatkan tambahan nikmat dan keberkahannya. Sebagaimana janji Allah ta’ala, dalam firman-Nya:
“Jika kalian bersyukur maka sungguh Aku akan tambahkan untuk kalian, dan jika kalian kufur, sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih” (QS. Ibrahim: 7)
Hanya saja perlu kita ingat. Sikap ini tidaklah mudah. Kita baru bisa bersyukur, ketika kita merasa bahwa apa yang ada pada diri kita adalah pemberian Allah yang sudah sangat banyak.  Dengan ini, kita tidak akan membandingkan kenikmatan yang ada pada diri kita dengan nikmat yang Allah berikan kepada orang yang lebih ‘sukses’ dari pada kita. Inilah kunci yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda :
“Lihatlah kepada orang yang (nikmatnya) lebih bawah dari pada kalian. Jangan melihat kepada orang yang (nikmatnya) di atas kalian. Dengan ini, akan lebih memungkinkan, agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah pada diri kalian.” (HR. Turmudzi dan dinilai shahih oleh al-Albani)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengakui bahwa manusia memiliki sifat hasad dan selalu menginginkan nikmat yang Allah berikan kepada orang lain. Dengan sebab ini, orang akan melupakan nikmat yang ada pada dirinya. Karena itu, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengarahkan kepada manusia agar menutup celah timbulnya perasaan ini, dengan membandingkan keadaan dirinya dengan keadaan orang yang lebih rendah kenikmatannya dari pada nikmat yang ada pada dirinya.
Bersabar ketika mendapat ujian
Ujian dan cobaan merupakan salah satu bagian dalam kehidupan manusia. Tidak ada kenikmatan mutlak di alam dunia ini. Sehebat apapun manusia, sekaya apapun dia, kenikmatan yang dia rasakan akan bercampur dengan ujian dan cobaan. Namun, orang yang beriman bisa mengkondisikan keadaan yang sejatinya pahit ini sebagai bagian dari kebahagiaan. Itulah sikap sabar dan mengharap pahala dari Allah ta’ala. Karena itu, semakin besar sikap sabar yang dilakukan, semakin besar pula kebahagiaan yang dia rasakan. Barangkali, inilah diantara rahasia bahwa semakin sempurna keimanan seseorang maka semakin besar pula ujian yang Allah berikan kepadanya. Dinyatakan dalam sebuah hadits, dari Anas bin Malik radliallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya besarnya pahala sepadan dengan besarnya ujian. Sesungguhnya Allah, apabila mencintai seseorang maka Allah akan mengujinya. Siapa yang ridha (dengan takdir Allah) maka dia akan mendapatkan ridha (Allah). Siapa yang marah (dengan takdir Allah) maka dia akan mendapatkan murka (Allah)” (HR. Turmudzi, Ibnu Majah, dan dinilai hasan shahih oleh al-Albani)
Diantara hikmah Allah memberikan ujian kepada kaum mukminin adalah agar mereka tidak merasa bahwa kehidupan dunia ini sebagai kenikmatan mutlak, sehingga mereka akan senantiasa mengharapkan akhirat.
Memohon ampunan ketika berdosa
Bukanlah sifat orang mukmin yang bertaqwa, sama sekali tidak memiliki dosa. Hamba  beriman yang baik adalah hamba yang ketika melakukan dosa dia segera bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah. Allah berfirman:
“(Orang yang bertaqwa) adalah orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka” (QS. Ali Imran: 135)
Dan inilah bagian tabiat manusia yang tidak bisa dihilangkan dari diri mereka. Akan tetapi, yang lebih penting adalah bagaimana seorang mukmin bisa segera bertaubat ketika melakukan dosa. Disebutkan dalam hadits, dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Demi Dzat Yang jiwaku berada di tangan-Nya. Andaikan kalian sama sekali tidak melakukan dosa, Allah akan menghilangkan kalian, kemudian Allah datangkan sekelompok orang yang mereka melakukan perbuatan dosa kemudian bertaubat, lalu Allah mengampuni mereka.” (HR. Muslim)
Hal inilah yang dirasakan para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Para manusia mulia ini, khawatir, jangan-jangan termasuk orang munafik, ketika mereka merasa lebih bertaqwa pada saat di dekat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tetapi ketika berada di rumah, mereka masih melekat dengan dunia.
Dari Abu Hurairah rahiiallahu ‘anhu, bahwa para sahabat berkata: “Wahai Rasulullah, ketika kami melihat anda, hati kami menjadi lunak, dan kami seolah menjadi penduduk akhirat. Namun ketika kami jauh dari anda, kami menginginkan dunia dan bercanda dengan para istri dan anak.” Kemudian beliau bersabda:
“Jika kalian setiap saat dalam keadaan sebagaimana ketika kalian berada di dekatku (seolah menjadi penduduk akhirat), niscaya para malaikat akan menyalami kalian dengan telapak tangan mereka dan mengunjungi kalian di rumah kalian. Andai kalian tidak pernah melakukan perbuatan dosa, niscaya Allah akan mendatangkan kaum yang berdosa (kemudian bertaubat) agar Allah mengampuni mereka” (HR. Ahmad, dan dinyatakan oleh Syu’aib al-Arnauth: Shahih dengan beberapa jalurnya). Allahu a’lam. [Ammi Nur Baits]

Statistik Daerah Kecamatan Andir 2011

Statistik Daerah Kecamatan Andir 2011

Bandung (kembali) diguyur hujan

Bandung kembali diguyur hujan, siang ini dari lantai 5 gedung kantor,...... menikmati hujan yang derasnya luar biasa... kilat, petir, gel...